"di sini drama dimulai, di ruang hampa yang penuh kisah."

Home Facebook kosong Twitter Contact
About Me

Foto Saya
Buku Diary sudah lama tak tersentuh sejak ada diary online seperti ini. dan, karena ini online, dan sudah pasti bukan lagi menjadi rahasia bagi diri sendiri. maka, tidak semua yang anda baca ini hasil dari cerita nyata si penulis :p

Credits

Image
Blogskins

Jadilah Teman Ary

Twitter Ary dhruva

Ini hanya soal rindu
Sabtu, 23 April 2011



Ini bukan soal kehilangan. Ini adalah soal rindu. Semisal tanah yang merindukan basuhan lembut gerimis. Semisal malam yang rindu kedipan centil bintang. Semisal hujan yang merindukan pelangi. Semisal pasir tepian yang merindukan belaian ombak pantai. Semisal senja yang rindu ku tengok. Semisal aku-yang-merindukan-mu !

Di sini, aku berada di ruang sunyi. Ruang sunyi yang paling gaduh. Ku coba merasakan. Tajam-tajam telinga mendengar. Tak ada yang bisa ku dengar.

Ruangan tetap sunyi. Tapi ada yang gaduh di dalam kepalaku.

Ku pincingkan mata. Samar-samar aku melihat sebuah drama di dinding. Mengisahkan tentang aku dan kamu. Tenang jarak dan rindu. Tentang pertengkaran dan kata maaf. Tentang perpisahan dan air mata.

Ini tentang rindu. Bibirku kelu tanpa suara. Aku ingin diam di balik ruang sunyi, Tak perlu kau tau. Ku turuti egoku untuk tak mengabarkan rinduku.

Ini hanya soal rindu yang tidak terlalu menggebu.


Menjadi Daun






sebuah daun yang terlepas dari rantingnya.
dari pohon yang rindang.
tersisih.
terusir.

sebuah daun yang jatuh ke bawah.
tampak tak berguna.
terinjak.
aseperti sampah.

sebuah daun yang hanyut terbawa arus angin.
tak tau arah.
mobat-mabit ke sana ke mari.
ikuti saja angin.


Sore ini hujan mengajakku becanda




sesiang ini, di hari jumat. Aku sempat mengeluh, tentang panas yang teramat menyengat di hari jumat. Bersembunyi di balik tembok dan di bawah genteng. Aku takut dengan dewa matahari yang sedang garang.

Semua berubah secara tiba-tiba. Semacam lilin yang meleleh habis, cahayanya meredup. Seperti sore ini. Beberapa petak langit berwarna abu-abu. Suara gemuruh geluduk menggelegar. Petir mengkilat di sana-sini. Kusaksikan ini sembari memunguti jemuran.

Sebentar lagi pasti hujan. Pikirku

Aku memasuki rumah lagi. Berbincang-bincang di balik telepon dengan saudara yang sedang di kota sana. Sembari mendengarkan geluduk dan petir yang menciutkan nyaliku.

Suara berisik terdengar entah. Suara asbes yang di pukuli air dari atas. Ku kira hujan. Tapi terdengar aneh. Seperti bukan di lingkunganku. Kutengok aspal depan rumah. Tidak basah air. Suara geluduk tak henti.

Aku lari ke luar. Menatap langit. Kupasang pendengaran tajam-tajam, mencari di mana arah gemuruh asbes yang terkena air. Oh, industri di seberang rumah ternyata. Tampak aneh sih. Seperti ada baris yang memberi batas hujan antara rumahku dengan industri di sebelah rumah. Ku amati langit lagi. Lalu menatap aspal. Bulatan-bulatan besar tampak basah di aspal. "wah hujannya sudah sampai sini, mungkin tadi lagi jalan ke sini", pikirku dalam hati.

Hujan.. Kamu lucu hari ini.
Mau mengajakku becanda ya ?
Mau mencari perhatianku ya ?
Pengen aku tengok ya ?
Sudah kangen denganku ?

Hujan sore ini datang tiba-tiba. Tidak diantar oleh gerimis. Seperti biasanya.

Hujan..
Tolong dong, kalau mau datang, datang aja. Tapi jangan bawa-bawa pasukanmu. Geluduk dan petir. Temanmu menakutkanku hujan..

Aku jadi enggan menikmatimu. Enggan membayangkan, aku sedang berdansa di bawah rintikmu. Bermain-main denganmu.
Aku di dalam rumah saja. Aku takut !

Hujan, sore ini kamu mengajakku bercanda. Kamu aneh !


Seorang berkerudung





Ya Allah, saya yakin sehelai kerudung yang menutupi kepala saya ini tidak akan sedikitpun mempengaruhi kadar rejeki yang telah Engkau tetapkan untukku.

Ya Allah, sungguh kerudung yang baru saya pakai selama kurang lebih tujuh bulan ini, ini adalah salah satu usaha saya menjadi seorang hamba-Mu yang lebih baik. Yang belajar memperbaiki habluminallah. Mempertebal imanku sebagai seorang muslim. Meskipun belum bisa dikatakan sempurna, karena kerudung yang saya pakai baru saya pakai ketika saya berada di luar rumah. Sedangkan di lingkungan rumah saya masih berpakaian seperti biasa-ketika saya belum memakai kerudung-. Tetapi sungguh, saya memakai atas dasar niat. Bukan untuk memenuhi nafsu trend busana yang sedang ngetrend belakangan ini.

Saya ingin mengutip sebuah hadist yang pernah saya baca "Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak di kepalanya di dalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya".

Adapun dari QS. al-Ahzab [33]:59 'Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.'

Ya Rabb, di sini saya berniat (belajar) memakai kerudung untuk memenuhi syariatmu, seorang muslim. Yang saya tau, kerudung itu adalah pakaian yang wajib di pakai oleh seorang wanita muslim yang sudah baligh.

Beberapa pekan ini ada kejadian yang-rasanya-ingin menumpahkan air mataku. Berhubungan dengan kerudung di lingkungan perusahaan.

Setelah beberapa bulan yang lalu saya resign dari pekerjaan saya, saya berniat mencari pekerjaan lagi di beberapa perusahaan.

Beberapa kali saya mendapat panggilan tes dan interview. Tapi tidak ada respon setelah itu. Karena saat interview perusahaan mensyaratkan karyawan yang bekerja di sana tidak boleh memakai kerudung. Mungkin itu salah satu alasan kenapa saya tidak di terima, disamping alasan-alasan lainnya.

Barusan, hari ini, saya memenuhi panggilan interview di salah satu perusahaan di semarang (kawasan pemuda). Saya senang sekali diberi kesempatan untuk dapat interview. Bagaimana tidak, telah lama saya menyimpan keinginan saya untuk dapat bekerja di sana.

Ketika interview, seorang bapak membuka dengan bertanya,
"apakah Ary seorang muslim ?".
Kemudian saya menjawab dengan tegas "iya, insya allah saya seorang muslim pak."
"berapa kali dalam waktu satu hari Ary sholat ?" bapak itu kembali bertanya.
"seminimal-minimalnya waktu wajib sholat pak. 5waktu dalam sehari."

Setelah pertanyaan pembuka yang sangat basa-basi itu, kemudian perbincangan kami mengarah ke pokok perusahaan dan job description yang saya lamar. Banyak yang kami perbincangkan. Hingga di akhir interview, bapak tersebut berkata,
"ry, di perusahaan ini ada syarat tidak boleh memakai kerudung. Apabila nanti ary diterima untuk bergabung bersama kami, apakah ary bersedia untuk tidak memakai kerudung saat bekerja ?"

Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya ketika saya mendengar pertanyaan itu. Saat itu saya merasa kebahagian enggan menghampiri saya. Senyum yang tadinya memaniskan bibir saya perlahan pergi menjauh. Rejeki seakan sedang bersembunyi dariku. Selama sedetik, udara seakan begitu hambar.

Untuk kesekian kalinya saya menemui keadaan seperti ini. Tapi baru kali ini saya merasa kecewa. Perusahaan yang telah lama saya idamkan ternyata tidak mau menerima keadaan saya.

Saya keluar dari gedung menuju parkiran. Pikiran saya kalut. Air mata hendak menceritakan perasaan saya saat itu. Tapi tak ada suara. Air mata berbicara tanpa suara.

Ya Allah, adilkah ini ?
Kucoba enyahkan prasangka. Saya berusaha berprasangka baik padaMu. Karna ku yakin rejeki sudah Kau atur. Tapi di mana saya hendak mencari-cari rejeki saya lagi ? Saya bingung Ya Rabb. Apakah gara-gara kerudung ? saya rasa tidak. ini hanya masalah belum rejeki saya untuk bekerja di perusahaan itu. tapi kenapa perusahaan tidak mau memberikan waktu sedikit saja untuk melaksanakan ibadah ?

Saya bisa saja mengambil syarat perusahaan tersebut dan bersedia melepas kerudung saat bekerja. Tapi di mana niat saya ? Niat yang dulu saya kumpulkan. Tapi di mana sikap kemusliman saya ?
Batinku berteriak.

Sungguh saya tidak tertarik dengan itu semua. Ya, saya memang sedang menganggur. Saya butuh uang. Tapi batin saya selalu mencoba mengingatkanku. Saya selalu mencoba berprasangka baik dengan Allah. Mungkin Allah sedang mempersiapkan yang lebih baik dari ini.


#lagukubercerita -1 : aku suka caramu
Rabu, 20 April 2011



aku suka caramu menyelinap. pelan-pelan. memasuki ruang sepiku. haha kamu pandai sekali sih, padahal semua pintu sudah ku kunci rapat-rapat. aku takut ada pencuri yang masuk. menodongku dan mengancamku hingga lemas tak berdaya. lalu pencuri itu mengambil hatiku. merampas hati yang saat itu sedang kugenggam erat-erat. aku takut. makanya aku kunci semua pintu rapat-rapat. karena aku takut hatiku ini jatuh ke tangan pencuri yang tak bertanggungjawab itu.

dari mana kamu bisa masuk ? termasuk semua celahpun sudah kututupi. celah rindu.
hendak apa kamu kesini ? Apakah kamu sekawanan dengan mereka ? Mereka-mereka yang tak bertanggungjawab merampas hatiku. Tak dirawat. Tak dijaga. Malah dibiarkan pecah dibanting ego. Sudah pecah. Lalu mereka pergi saja melarikan diri. Pencuri tengik !

Apakah kamu sekawanan dengan mereka juga ? Si pencuri tengik !
Jika iya, aku tak segan-segan mengusirmu.
Mumpung aku belum geram, silahkan pergi jika kamu sama dengan mereka.
Biarlah. Biarlah kugenggam erat-erat hati ini. Hati yang sudah tak sempurna. Tampak lebam di sana sini. Tampak tembelan. Tapi untungnya tidak ada yang berlubang. Masih tetap utuh meskipun tampak lecet sana sini.

Kenapa tak mau pergi sih ? Aku semakin kesal. Kamu diam saja dari tadi. Tampak duduk menatapku, di sudut sana. Hey ! Kamu tak berkedip sedikitpun. Cepatlah pergi. Aku sudah mulai takut denganmu.

Katakan sepatah dua patah kata jika memang kamu tak mau pergi. Katakan apa maksudmu !

Mulutmu tiba-tiba tersenyum. Tanpa sedikitpun lengah menatapku.
"hey.." katamu singkat.
Aku hanya membalas dengan senyuman. Senyum simpul.
"bolehkah aku tetap duduk di sini ?"
"untuk apa ? Tak ada gunanya kan ? Lebih baik kamu pergi. Aku takut" balasku kecut.
"tenang saja. aku janji tak akan merampas hatimu. tak akan menyakitimu"
"baguslah"
"jadi biarkan aku tetap di sini ya. aku ingin menemanimu. kamu gak takut apa, sesepi ini. sesekali kau boleh mengajakku bicara, aku bisa membuatmu tertawa. Atau bercerita. Aku bisa menjadi pemainnya. Hehe. Aku tak akan memaksamu. Kubiarkan kamu sendiri yang membagi hatimu denganku. Bolehkah aku menyimpan yang setengahnya ? Itupun kalau diijinkan"
"hmmm.."
"kok cuma hmm sih ? sekarang gantian, kamu yang diam"
"untuk apa yang setengahnya ?"
"mau kutanam, kurawat"
"kamu tidak bosan ? semisal menunggu ?" tanyaku.
"aku ingin menemanimu. titik !"
"haha.. yasudah. lihat saja nanti. seberapa kuatnya kamu seperti itu"
"jangan tertawa ! aku serius"
"iya..iya..iya.."

Begitulah singkat ceritanya. hehe. Tapi aku suka caramu. Tidak memaksaku. Merampas tiba-tiba. Jika suatu saat nanti aku bagi hatiku denganmu. Janji ya, jangan pernah menyia-nyiakan. Dirawat baik-baik jangan sampai pecah. Karena aku sudah bosan merajut. Merajut kepingan-kepingan hati yang pecah hingga menjadi (tampak) sempurna.

(ku tanamkan hatiku tumbuh bersamamu, takan kupetik hingga akhir masa hidupku. Dengarlah kau dengar, selama bumi berputar kutetap milikmu)~dewi-alexa~


Aku, seorang phobia
Senin, 18 April 2011




Phobia berasal dari bahasa yunani Phobs, yang artinya takut berlebihan. Phobia adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa ketakutan oleh suatu hal yang sebenarnya tidak berbahaya.

Ada beberapa macam phobia yang sering kita jumpai, diantaranya adalah phobia ketinggian, kegelapan, hewan dan masih banyak lagi. Sedangkan phobia terhadap hewan disebut zoophobia.

Bagi seorang yang melihat orang ketakutan gara-gara phobia mungkin dirasa lucu karena mungkin seorang phobia hanya takut dengan hewan kecil yang menurutnya sepele, seperti kecoa atau cicak. Sehingga seorang pengidap phobia seringkali menjadi bual-bualan teman sekitarnya. Padahal di bayangan mental seorang pengidap phobia, bisa jadi hewan kecil itu menjadi masalah yang besar bagi dirinya.

Apakah kalian punya phobia ? Apakah itu ?

Jika aku ditanya seperti itu. Aku menjawabnya "ya, aku punya". Aku punya phobia. Phobia sama dua hewan. Apakah itu ? Hehe demi keselamatanku, aku tak akan menyebutkannya. Mungkin terkesan berlebihan, atau bahasa gawulnya lebay. Hehe. Pasti orang yang bilang begitu gak pernah merasakan gimana rasanya punya phobia. Hanya dengan mendengar nama hewan itu atau melihat gambarnya saja aku bisa 'menggeliat' sendiri. Apalagi harus melihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan memegangnya. Sumpah demi nama Tuhanku penguasa bumi dan langit. Aku gak bisa membayangkannya.

Semua berawal dari sini. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Kalau tidak kelas 4 ya kelas 5, aku rada lupa. Waktu itu sekolahku, SDN Bulu lor 2 sedang mengadakan kemah. Di salah satu bumi perkemahan di daerah Semarang. Semula keadaan baik-baik saja. Kami sampai di tempat tujuan siang hari, memilih tempat untuk didirikan tenda dan memasangnya bersama kelompok masing-masing. Saat malam tiba, tentunya kami ingin segera melepas lelah sebelum aktivitas keesokan harinya yang tentunya lebih padat. *jeng jeng jeng !* nah, drama bermula dari sini. Seorang teman tiba-tiba berteriak sambil menyebutkan 'hewan phobia' tersebut. Serentak kami semua terbangun dan telah membuat gaduh di bumi perkemahan. Padahal garam sudah kami sebar tapi kenapa bisa kebobolan gini ? Setelah kakak pembina memastikan bahwa tenda yang kami tempati aman, kami mulai tidur lagi. Tak lama kemudian teman yang lain berteriak lagi. Dan ini terjadi berkali-kali. Hingga akhirnya kakak pembina menyuruh kami semua untuk tidur di koridor kakak pembina.
Aku sudah mulai merasa takut.

Alhamdulillah, meskipun waktu tidur kami terkuras habis, setidaknya ada waktu minimal 3jam untuk kami beristirahat.

Suasana di bumi perkemahan tampak riuh. Udara dingin merasuk ke persendian kami. Tampaknya sudah pagi meskipun tak ada ayam yang berkokok. Jarak antara tempat kami berkemah dengan kamar mandi warga cukup jauh. Ya, kami semua memang menggunakan MCK yang telah warga sediakan. Semacam wc umum.

Hanya untuk mandi saja kami harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Setelah sampai di sana ? OMJ... Oh Michael Jackson !!. Apa yang terjadi, sodarah-sodarah ? Aku melihat begitu banyaknya 'hewan phobia' itu. Saat itu aku belum mengerti tentang phobia. Beruntung sekali waktu itu ada ibu yang datang menjenguk, dan aku diantar ibu untuk mandi.
Rasa takutku sedikit terabaikan karena adanya ibu.

Belum lagi setelah sampai di bumi perkemahan, Dan baru aku sadari. Di mana-mana, di pohon, di tanah, di rumput.. Hewan itu ada di mana-mana. Mungkin semacam wabah kali ya ? Seperti wabah ulat bulu yang sedang ngetrend sekarang ini. hehe.

Kakak pembina meminta kami memindahkan lokasi tempat kelompokku mendirikan tenda. Dan samar-samar aku mendengar salah satu kakak pembina mengatakan bahwa di bawah tempat kelompok kami mendirikan tenda, di situlah tempat hewan-hewan itu bersarang ! di situ sarangnya !! *lemes*

Saat itu aku hanya mengenal jijik dan takut saja pada hewan itu, sangking banyaknya mungkin. Karena, itu pertama kalinya aku melihat hewan yang sama berada di satu tempat yang jumlah hewannya banyak sekali. Terlihat, kadang-kadang seorang teman tampak asik bermain dengan hewan itu. Bahkan ada yang bilang kalau hewan itu lucu. Sinting !

Mungkin, dari situlah asal mula kenapa aku phobia terhadap dua hewan itu. Mungkin semacam TRAUMA di masa kecil kali ya ? Hehe

Sampai segede ini, sekarang umurku 22thn 2bln 8hari. Aku masih suheri (suka heboh sendiri) ketika aku dihadapkan dengan hewan itu. Berteriak, menutup muka, menggeliat, jingkrak-jingkrak, bahkan sampai menangis, menangis merengek dan gak jelas. Sumpah. Ini mungkin bukan rasa takut atau jijik. Karena menurutku, takut dan phobia itu berbeda. Aku takut dengan ular, tapi aku gak phobia dengan ular. Entahlah. Semacam ini yang aku rasakan.

Apakah solusinya ?
Aku tak tau.

Apalah artinya solusi jika aku sendiri belum bisa mengatasinya. Merubah phobiaku ini.

Ada yang bilang, phobia bisa dihilangkan dengan cara memegang hewan tersebut. Pasti yang menyarankan ini belum pernah punya phobia. Mungkin harus didasari dengan niat juga sih baru bisa sinkron. Tapi sayangnya aku belum punya niat. Aku masih gak tega memegangnya. Hehe

Begitulah kisah singkat phobiaku.
Bagaimana kisah phobiamu ?

Hehe.

Tertanda.
Bulu kuduk yang tak berhenti merinding.


Ibu
Jumat, 15 April 2011




Ibu..
Entah sejak kapan aku mulai memanggilmu ibu. Sejak aku mulai bisa berbicara entah tapi entah aku tak tau waktu. Aku tidak ingat, karena aku masih kecil.

Ibu..
Pahlawanku. Wonder womanku.

Ibu..
Gadismu yang dulu masih belia kini sudah semakin dewasa. Umurku kini 22tahun 2bulan 5hari. Semakin bertambahnya usia malah semakin menyusahkanmu.

Ibu..
Tubuhmu yang dulu kokoh kini sudah mulai renta. Tak jarang aku mendengar ibu mengeluh. Mungkin tubuhmu sudah merasa lelah. Giat bekerja demi ketiga anaknya. Sudah saatnya ibu beristirahat di rumah dan tidak bekerja. Setidaknya, kini, anak ragil ibu sudah lulus kuliah. Begitu kan, ibu menginginkan ketiga anaknya mengenyam bangku perkuliahan.

Ibu..
Seseorang yang selalu tak luput ku selipkan namanya di bait pertama do'a-do'aku. Setelah sholat. Memohon supaya Allah senantiasa menyayangimu, memberi kesehatan padamu, mengampuni dosamu, memberi umur yang panjang. Semoga Allah berkenan memberi umur yang panjang untukmu, ibu. dan juga bapak. Akan ada nanti ibu dan bapak menyaksikan aku berada di pelaminan. Melihat putra-putri kecilku memanilmu "eyang.." dengan sangat manja. Ya. aku ingin ibu dan bapak merasakan. Aku ingin selalu melihat ibu bahagia.

Ibu..
Terima kasih telah menjadi pahlawanku. Aku akan berusaha membahagiakan ibu. Semaksimal yang aku bisa. Karena, semaksimal apa yang aku usahakan, takkan mampu menandingi pengorbanan ibu padaku yang tak terhingga.

Maafkan aku ibu. Karna putrimu ini menjadi putri yang bandel. Tapi takkan pernah sedikitpun menyurutkan kasih sayangmu.

I love You, ibu...


Cerita duka bermula di sini. Cerita perpisahan.
Kamis, 14 April 2011




Jarum jam sudah menunjuk arah sembilan. Tapi gemintang tak juga datang menemani malam. Masih tampak gerimis yang mengintip di balik jendela. Tangismu tak juga reda ?

Terkadang ada saatnya kita memilih untuk tidak tidur. Bukan. Lebih tepatnya tidak bisa tidur. Makan serasa tidak enak. Hidup serasa tidak berwarna, mungkin saat itu pelangi hanya punya satu warna saja. Abu-abu. Mau apapun juga tidak enak. Luntang-lantung seperti orang linglung.

Mengamati sekitar, yang ada hanya sepi. Seisi rumah sudah terlelap melepas penat. Terkadang hanya terdengar suara anjing tetangga yang melolong. Suara kucing yang mengeong, pernah juga saling bertengkar. Atau terdengar tiang listrik yang dipukul sebanyak tiga kali, berisik! Terkadang terdengar suara jangkrik yang mengerik. Beradu pacu dengan tiktak jam. Entah di belahan bumi yang mana.

Ini malam yang sunyi.
Tengoklah hati ini, sayang. Sesunyi itu mungkin. Semenjak kau tanggalkan kisah cinta kita. Lantas, suara-suara itu ?
: Mungkin semisal kenangan atau angan yang terbawa menemani sepi.

Tak usah berpura-pura simpati kepadaku !
Karna kutau, kau pasti tau aku terluka.
Tak usah kau coba menghibur !
Percuma.
Ini luka juga kau yang tanam.
Sana ! Pergi saja dengan dia dengan mereka.
Aku orang kesekian dari sekian banyaknya.
Biarkan aku sendiri ! Meratapi kebodohanku. Kenapa aku harus peduli coba ?

Untuk apa kau alamatkan rindumu. Di tiap-tiap malam yang kalbu.
Untuk apa kau kokohkan cinta di hatiku. Jika nyatanya kau hanya membatu. Hah !

Biarkan aku sendiri menata hati. Hati yang sudah kau retakkan. Tak usah kau bantu memungut kepingannya. Aku bisa sendiri.
Berhentilah berpura-pura.

Terima kasih, untuk kau yang sudah meninggalkan jejak di hatiku. Selamat menempuh cinta yang baru.

Bye...


Kupilih sepi




Kupilih sepi. Untuk melatih jemariku. Menari.

Kupilih sepi. Untuk menyisihkan diri dari keramaian.

Kupilih sepi. Untuk bermain. Kata-kata.

Kupilih sepi. Untuk bergurau. Dengan air mata dan kenangan.

Kupilih sepi. Untuk meratap. Dengan penguasa. Pencipta langit dan bumi.

Kupilih sepi. Untuk berfikir. Mencari makna.

Kupilih sepi. Untuk tersenyum simpul. Menuju lorong masa lalu. Berubah menjadi sayu.

Kupilih sepi. Untuk menciptakan lorong waktu. Mendikte masa depan. Bermain angan-angan.

Kupilih sepi. Untuk tertawa renyah. Menertawakan diri sendiri.

Kupilih sepi. Untuk bertemu rindu di ruang yang hampa.

Kupilih sepi. Kupilih sepi. Kupilih sepi.

Berteman dengan sepi. Telah diajarkannya banyak hal.
Berteman dengan sepi. Sementara waktu. Sampai pelita menjemputku.


Sebegitu sunyikah ?





Di dalam kesunyian. Mendapati ruang hampa. Mendapati suara yang semestinya tak kudengar. Mungkin degupan jantungku. Sebegitu sunyikah ? Dug dug dug samar-samar kudengar, degup jantung sendiri. Berkolaborasi dengan tiktak jam yang menggelantung di dinding.

Banyak sekali yang ingin keluar dari kepala ini. Sepertinya kata-kata sedang berlompatan. Ku rangkai kata demi kata. Mencoba mencari adanya inspirasi dalam ruang yang sepi. Mengundang cerita untuk hadir di barisan kata. Hanya untuk mengisi ruang yang hampa. Lalu ku undang lagi air mata, rindu dan sedikit emosi.

Inspirasi. Masa lalu. Itu membosankan.

Atau...
Ada yang mau ku sajikan ceritanya dibarisan kata-kataku ? Bukan masa lalu. Tapi masa yang sedang kulalui. Supaya lebih hidup dan berwarna. Menciptakan tarian pengusir kesunyian. Hehe.


Untukmu, Tuan misterius



Assalamu'alaikum wr.wb, Tuan.

Dear Tuan yang penuh misteri,

Begitu saya memanggilmu sekarang.
Ini mungkin surat pertama saya, setidaknya sejak pertama kita kenal. Tidak masalah, meskipun (hanya) surat di dunia maya. Surat yang (mungkin) tidak terbaca oleh Tuan. Sekali lagi, tidak masalah. Ini lebih baik daripada harus menimbun lama kata-kata, lalu mengendap. Hehe

Selamat malam, Tuan.
Bagaimana kabar sekarang ? Setidaknya saat Tuan mulai perlahan-lahan hilang. Sepertinya bumi telah menelan Tuan bulat-bulat. Hehe. Saya selalu berharap Tuan baik-baik saja dan Allah selalu memberikan kesehatan pada Tuan. Ilahi Amin.

Tuan tidak ingin tau kabar saya ? Ah, Tuan terlalu cuek ! Hehe. Sekedar memberi informasi saja. Di sini saya juga baik dan sehat. Alhamdulillah.

Tenang Tuan, saya tidak akan bertanya macam-macam di sini. Toh saya juga tidak ingin tau apa yang seharusnya tidak saya ketahui kok. Mungkin Tuan belum tau bahwa saya sudah mengetahui sesuatu hal (lebih tepatnya mengerti) yang mungkin tak Tuan ketahui kenapa saya tau. Hehe..

Sampai kapan Tuan menutup akun dunia maya ? Sampai kapan mau berlama-lama tiarap ? Jangan kebanyakan tiarap Tuan, ketika banyak orang yang menyerang Tuan. Sesekali lawanlah kalau Tuan memang benar ! Tuan tidak stres kan di sana ? Tuan baik-baik saja kan ?

Tuan, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih. Karena berkat Tuan, saya jadi punya teman baru, saudara baru. Hanya sebatas kenal lewat udara sih. Tuan tau kok siapa dia. Orang yang sejak awal Tuan ceritakan pada saya. Seseorang yang namanya terpatri di bolpoin Tuan. Benar, beberapa hari yang lalu saya banyak bertukar cerita dengan dia. Jangan marah ya Tuan. Banyak yang semula tidak saya ketahui menjadi tau. Kadang-kadang saya dan dia suka geleng-geleng sendiri ketika bercerita. Hehe. Mungkin Tuan mengerti maksud saya.

Sampai di sini dulu Tuan, surat dari saya. Saya tunggu kabar dari Tuan. Silahkan buka akun dunia maya lagi. Sesuai pengamatan saya, alur pemberontak sudah tidak terlalu agresif lagi kok. Jadi (mungkin) sudah aman. Senang berkenalan dengan Tuan, banyak ilmu yang tersampaikan pada saya.
Sudah ya Tuan, semoga harimu menyenangkan.

Wassalamu'alaikum wr.wb


Bisa jadi, sakit itu indah




Merasakan seperti ini. ketika mengharapkan dan berusaha mempertahankan sesuatu yang akhirnya lepas. Kata 'lepas' memang selalu menyakitkan. Tapi suatu saat kita mungkin akan merasa benar-benar bersyukur. Bahwa lepas dan rasa sakit itu justru karena kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari pada itu. Ganti itu hanya dari Allah.

Sebegitunya diri ini mempertahankan sesuatu yang bukan milik kita, melainkan milik Allah. Astaghfirullah. Tapi begitulah manusia, seperti aku yang sering lalai. Seperti anak kecil yang merengek-rengek pada orang tuanya. Begitulah aku sebagai umatnya yang merengek-rengek pada Allah. Segala upaya doa memintapun dipanjatkan. Inilah diri yang tidak bisa merasa puas dan menerima dengan ikhlas. Oh.. Ikhlas sangat mudah ku ucapkan, tapi sulit ku terapkan.

Dan akhirnya benar-benar lepas dari (milik) ku. Meskipun sudah tertanam dalam hati "itu bukan yang terbaik dan yang tidak ditetapkan untuk ku tidak akan pernah ku dapatkan begitupun sebaliknya, yang sudah ditetapkan tidak akan luput" tapi tetap saja terkadang hati bimbang tak menentu.

Pun sudah ku tau, apa yang tampak baik bagiku belum tentu baik menurut Allah sebaliknya yang tampak buruk menurut ku belum tentu buruk menurut Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk umatnya.

Kini aku berada di titik dimana aku bersyukur atas rasa sakit yang diberikan. Doa-doa yang kupanjatkan itu tidak dikabulkan, melainkan Allah memberikan kaca mata yang pas untukku melihat apa yang tak kasat mata selama ini. Satu persatu peristiwa ditunjukkan untuk meyakinkanku. Bahwa itu bukan yang terbaik untukku. Allah begitu menyayangiku. Pembelajaran 'ikhlas' itu perlu proses. Alhamdulillah.

Untuk mbak2 yang berada di kota sana yang sudah meluangkan waktu untuk sharing bersama. Terimakasih sudah saling percaya. Mari kita ucapkan alhamdulillah :) hehe.


hasil kendomblongan siang ini, hari senin




Berdiam diri untuk menunggu itu sangat menjemukan. Lalu lalang orang berkeliaran di depan mata. Lewat saja.

Merasakan dinginnya pendingin ruangan. Berdiam. Berdiskusi pada diri sendiri. Entah apa yang didiskusikan. Dari pada ndomblong.

Tidak ada yang bisa dibaca di dalam isi tasku. Tak sempat membawa novel. Daritadi yang tampak sibuk hanya tanganku. Memunduk memandang layar handphone. Sesekali melirik jam tangan. Masih lama tidak ya ?. Gumam dalam hati.

Aku. Bosan !


Semarang, 11 April 2011


Puisi Abstrak ?




Kata kocar-kacir. Pungut satu kata dua kata tiga kata empat dan seterusnya. Memilah milih semacam puzzle. Ada yang hilang. Banyak yang hilang. Seperti kalimat tak sempurna.
Abstrak.


Menjadi semut




waahh sudah tanggal sepuluh. dua tahun lalu, tepat di tanggal sepuluh. penuh kenangan. *sekilas info*

Urek-urekan ini ditulis tepat pada tengah malam. di kamar. sendirian. *jeng jeng jeng !* backsounds : dengungan nyamuk, suara kipas angin, tiktik rintik hujan yang pelan, *nguingggg* sebuah sepeda motor melintas.

Pernahkah kalian merasa takut ketika kalian melihat wajah sendiri ? Aku pernah. Barusan. wkwkwk saat cuci muka, menghadap cermin, di kamar mandi, tengah malam. Tsah.

Tadi, di kamar mandi lihat semut-semut di dinding. Kurasa semut itu binatang yang hangat. Entah apa yang sedang mereka lakukan saat berpapasan. Berciumankah ? Bersalaman ? Tegur sapa ? Berpelukan ? Atau sedang menyampaikan pesan "kawan, di sana ada rasa manis !", atau bahkan mereka bertabrakan karena buta ?. Mungkin.

Dari arah kiri beberapa ekor semut terlihat membopong sebutir nasi. Emang doyan ya ?

Selain hewan yang hangat ternyata semut suka gotong royong. hewan yang ramah kurasa.

Jadi ingin menjadi semut sebentar, untuk mengetahui apa yang terjadi di rombongan semut-semut yang berjalan itu. Sekedar mengamati ato menguping mereka.
Haha


tak bisa tidur



sulit menjinakkan kata. bagaimana bisa merangkainya. sedang mereka tak bersahabat. Mencari dan mencari. Dalam sepi.

Belajar dari sepi. Menenun kata menjadi rajutan bait demi bait. Rindu.

Mencari dalam celah sepi. Mereka ada dalam persembunyian. Hayo... kalian dimana. kata.


Hujan + Kopi = Kamu ♥




Ini kopi pertama yang kunikmati di hari ke sembilan bulan empat. Kopi yang sengaja kubekukan di dalam freezer. Tiga jam yang lalu.

Aku lebih memilih kopi yang dingin ketimbang kopi panas. Menikmatinya tanpa harus menyebul ke ujung cangkir supaya tidak terlalu panas. Tidak seperti kamu.

Kopi hitam kental panas. Itu sudah cukup menyeret ingatanku kepadamu. Beberapa kali kita bertemu, kamu selalu memesan kopi. Kopi seperti itu. Perjalanan jauh untuk menemuiku membuatmu lelah ya ?

Kopi. Hanya dengan kopi saja aku bisa mengingatmu begitu rinci. Sederhana sekali ya ? Andai sesederhana itu. Hubungan kita.

Jangan tanyakan perasaanku saat ini. Karna aku sendiripun tak mampu menjawabnya dengan jujur. Cinta dan benci tampaknya sedang akur. Mereka bersahabat.

Sebuah tanda tanya besar sedang menggelitik. Menggaruk-garuk. Melingkar penuh di kepalaku.

Banyak hal yang tak sempat keluar dari bibir ini. Banyak tanya yang urung kusampaikan.

Ada apa ?
Mana yang benar dan mana yang salah ?
Kenapa ?
Mereka.... Siapa ?

Entah.

Tak ada jawab pasti. Yang ada hanya jawabanku sendiri. Tanpa penjelasanmu. Tentunya yang lebih akurat.

Kopi kuteguk lagi. Sembari menikmati hujan yang barusaja turun. Secara tiba-tiba.
Semakin lengkap menemaniku.

Kopi. Kamu. Hujan. Aroma petrichor.

Ini hanya sekedar waktu. Di mana aku sedang mengingatmu sendiri. Bertanya-tanya pada rintik hujan. Haha tapi aku tak mengerti bahasa mereka. Aku hanya ingin sendiri saja mengingatnya, tanpa menginginkan kamu. Tak ada niat pula untuk menghubungimu. Karena aku hanya ingin sendiri. Karena kita sudah berhenti di titik dimana kata selesai sudah memisahkan kita.


Gadis Penyuka Hujan






Sebut saja si gadis penyuka hujan.

Saya memang menyukai hujan, saya suka menikmati bersama teman saya. sepi.

Tidak banyak yang tahu, bunyi hujan itu merdu. Terlebih saat dimulainya gerimis. Mereka seperti bernyanyi sorak-sorak di atap kamar membentuk sebuah nada.

Saya suka aroma petrichor. Petrichor itu wangi hujan pertama. Sebutlah itu aroma hujan yang bercampur dengan tanah. Sering ku hela perlahan-lahan untuk menikmatinya.
Lega.

Entah.

Saat ku menulis ini hujan memang sedang turun. Wangi petrichor terlalu tajam memasuki kamar saya. Sesekali saya keluar, demi menikmati keberadaan hujan yang sesungguhnya. Saya memang harus keluar kalau ingin melihat hujan. Karena jendela kamar saya tak berhadapan langsung dengan pemandangan luar.

Duduk berlama-lama di teras dan memandangi hujan, ditemani dengan secangkir teh panas. Cangkir bunga-bunga.

Duduk diam dan menatap. Saya suka menatap mereka. Menatap mereka yang ramai, berebut menyentuh tanah. Terdengar sedikit riuh saat melihat ke tanah. Tapi saya suka. Lucu.

Di sini, saya hendak menunggu pesan yang disampaikan hujan pada saya. Seperti yang saya tahu, hujan selalu pandai mengantar rindu. Rindu yang diselipkan di sela-sela rintiknya. Rindu yang menusuk tajam sampai ke jantung. Tusukan yang lembut, tapi tidak terlalu menyakitkan. Karena saya menikmatinya.

Hujan bagiku adalah keromantisan. Pelukan dinginnya mampu merasuk pelan lewat sendi-sendi dalam rongga di hati.

Ah, hujan selalu pandai mengantar rindu.

Di dalam keriuhan mereka, ada ruang lain yang telah mereka sediakan untuk saya. Sebut saja ruang merindu.

Kemudian saya menengadahkan tangan kanan saya. Saya hendak bersentuhan dengan hujan, lalu berbisik, "sampaikanlah..". Dingin. Hanya dingin yang saya rasakan. Sedingin sikap dia (yang sedang kurindukan). Hujan hanya diam saja, mungkin hujan takut saya kecewa. Dari sini saya merasakan sesak. Persendian saya lemas. Petrichor yang pelan-pelan menusuk itu perlahan membunuh saya. Pelan tapi pasti. Inilah yang hendak hujan sampaikan pada saya ?

Hujan memberiku tempat untuk merindui dia(yang kurindui), yang sedang dingin sikapnya pada saya.

Saya mencintai hujan, tapi tidak kali ini.

Hujanpun perlahan reda. Masih tampak sisa-sisa keberadaannya. Basah. Tanah-tanah masih memanjakan petrichor untuk penciuman saya. Embun yang bertengger di dedaunanpun belum mengering. Dari arah timur, saat saya berdiri di luar rumah saya, saya melihat lengkungan warna-warni mejikuhibiniu. Pelangi. Ternyata hujan menghadiahiku pelangi. Ah, hujan...

Dari situ saya mengerti hidup.
Mendung, hujan, pelangi.

Seperti kehidupan. Bila kita ingin mendapatkan pelangi, kita harus rela tersiram rintik-rintik hujan.


Entah



Akhir-akhir ini saya lebih sering menyendiri, di ruang tengah dalam rumah saya. Terlebih saat malam, hening.
Saya suka.

Di sekitarnya, hanya terdapat deretan buku yang tertata rapi, satu almari, dan komputer.

Tapi jangan salah, saya tak lantas jongkok di pojokan ruang dan meratap, seperti kebanyakan yang dilakukan orang saat galau.

Memang, saya sedang galau. Pikiran kacau, hati.. Entah, mungkin berantakan.

saya mulai mengambil buku, novel religi masih menjadi pilihan.

Bosan.

Lalu mengecek facebook, twitter, dan membaca blog dari teman-teman.

Entah, rasanya tiba-tiba saya ingin segera meluncur ke page dalam microsoft word, sudah banyak yang ingin melompat tak jelas. dari hati dan pikiran saya.

Entah, tiba-tiba saja saya seperti ini. Menjadi penyair dadakan.

Jangan cela syair saya !

Ini mungkin hanya sekedar syair kacangan, tak pantas disandingkan dengan pintalan kata yang terlahir dari penyair sungguhan. Bukan seperti saya, penyair kacangan.

Jemari saya menari lincah di atas keyboard, telinga saya begitu akrab dengan musik dalam komputer, hati semakin tak karuan. Kopi-hitam kental manis-dalam cangkir masih setengah, saya sruput hingga habis, ini jarang saya lakukan sebelumnya, bahkan tak pernah.
Saya tak biasa meminum kopi hitam.
Jemari kembali menari, mungkin ini sejenis muntahan dari isi hati saya.

Entahlah, saya sedang menulis apa.

Mungkin tentang kegelisahan.


Senja



berbicara soal senja seperti membicarakan kehilangan.
Padahal saya suka ketika langit terbungkus apik warna orange dengan pita merahnya.
Tapi tak lama,
Kau bergegas merobeknya,
Menggantikan dengan warna ungu dan pita hitam.
Aku terpaku,
Menatap kosong,
Entah.
Sesore ini saya ngilu, menatap sendiri arti kehilangan.


Kehilangan senja



Malam telah merenggut langit senja
Merubah warna apik khas senja menjadi pekatnya malam
Pelan-pelan ia tenggelam di garis cakrawala
Ah, malam..
Apa kau marah ?
Sampai waktuku bermanja dengan senja tlah kau lumat habis
Tak bersisa,
Gelap.
Aku terbiasa menikmati senja
Menikmati setiap ukiran dari sang matahari
Sebelum kau melumat habis seperti saat ini
Tak dapat ku cegah kepergiannya
Tertunduk pilu, terapung sendiri di sisi lain
Entah,
Dan pada akhirnya nanti,
Aku akan terbiasa menikmati senja dengan luka..


Coretan rindu untuk sahabatku



Untukmu, sahabatku.

Sahabatku,
Masihkan kau simpan kalung yg pernah kita beli berdua itu ? Katamu, "kita belinya kembaran yuk, sebagai lambang persahabatan kita". Kalung yg rantainya bisa menyala saat gelap, berliontin lumba-lumba. Inget gak, kita rela nyisain uang jajan kita. sebelum brgkat sekolah kita mampir ke swalayan itu-waktu itu masuk siang- buat beli kalung itu. Aku masih menyimpannya, dikotak celenganku.

Sahabatku,

Malam ini aku merindukanmu dg harap kita bisa berjumpa. pasti skrg km tambah cantik, dg polesan make up diwajahmu, km mmg pandai bersolek, ga kyk aku yg ttp polos begni.. hehe
Sahabatku,

Mengingatmu malam ini, serasa kuingin tumpahkan air mata. kamu tenang saja, ini bukan air mata kesedihan. Ini soal rindu, rindu yg teramat sangat padamu. Mengingat masa kita bersama.
Sudah dalam hitungan tahun kita tak pernah bertemu, lebih dari 5thn.
Banyak hal yg tlah kulewati, tanpa kubagi denganmu. Begitu juga kamu. Senangku dan juga sedihku, yg dulu hanya kamu tempatku berbagi. Gak kebayang kalo nanti kita ketemu, eh.. msh ada lanjutan cerita 'si kaca mata' itu lho, 'si pengirim surat cinta (monyet)' itu. hehe. Sayangnya kita belum bisa memutuskan kapan kita bisa bertemu lagi.

Sahabatku,

Sudikah kau mampir sejenak di mimpiku malam ini ? Sebagai penglipur rinduku. Jika diijinkan, aku ingin singgah sejenak di mimpimu. Kau boleh bercerita apa saja, aku tetap mendengarkanmu tanpa jemu.
Sahabatku,
Udahan yuk, sudah malam. kita tidur saja, aku sudah gak sabar pengen ketemu kamu.

Salam, rindu yg tak pernah memudar.


Rabu, 13 April 2011



Kepada inisial R.

Teruntuk kamu yang diam-diam kuselipkan di hatiku. Iya, diam-diam saja. Aku takut kamu marah.

Diam-diam aku mengambil hatimu. Aku seorang pencuri handal. Saking handalnya, sampai tak kamu sadari. Aku pencuri handal tapi bodoh. Hanya diam-diam saja mengambil hatimu, sedang kamu tak tau. Apa untungnya coba ? Menahan sendirian rasa cinta. Terkadang merasakan sakitnya cemburu. Merasa perih sendirian, sedang (mungkin) cinta tak terbalas. Bodohnya aku.

Kebanyakan orang di luar sana menganggap bahwa sekarang adalah jamannya emansipasi wanita. Dimana persamaan gender antara wanita dan pria disetarakan. Begitu pula wanita yang menyatakan cintakan kepada pria. Dianggap sah-sah saja. Tapi aku tak berpendapat seperti itu. Aku masih menjadi wanita yang jaim untuk menyatakan cintaku terlebih dulu kepada laki-laki. Hingga akhirnya diam-diam saja mencintai. Haha

R, jangan pernah tanya kenapa aku mencintaimu. Bahkan aku sendiripun tak tau. Aku mencintaimu dengan sederhana, tanpa tetapi.

Hanya saja aku berharap, dalam diam-diamku mencintaimu, aku selalu berharap kamupun diam-diam mencintaiku pula. Tanpa kata tapi. Tapi amin.


Hibernasi lama




*hoaammmmmm*

Seperti tengah terbangun lagi dari tidur panjangku. Tidur dari tidak-melakukan-aktifitas-mengupdate-blog. haha.

Blog ini kubuat sejak bulan Mei 2009, dan sekarang sudah bulan April 2011. Kira-kira sudah hampir 2tahun aku berhibernasi. Haha. Kukira blog ini sudah tidak bisa terselamatkan. Malahan beberapa kali mencoba login tapi gagal. Sudah kelamaan gak dibuka kali ya ?

Hmm...
Sepertinya banyak yang perlu dibersihkan. Rumah yang lama gak ditempatin aja bisa kotor, apalagi blog ? Blah. *sambil bersihin sarang laba-laba*. Beberapa memang harus diganti. Seperti profil, banner dan yang paling penting isinya. Karena blog ini masih bertemakan 'Instalasi Jaringan Komputer' berarti harus memindahkan segala postingan di masa lalu ke dalam 'draft', karena aku sedang tidak tertarik dengan postingan lamaku :D

Yuk ngerapiin blog lama yuk, daripada harus buat yang baru.. Hehe


Total Pageviews

Web Site Visitor Counter

Tinggalkan pesan di sini :)


ShoutMix chat widget


Waktu Indonesia Bagian Barat

Ads

Place your Google Ads/Nuffnang ads here.

Hits

Tracking stats here.

All writings found on this blog shall not be reproduced without permission.