"di sini drama dimulai, di ruang hampa yang penuh kisah."

Home Facebook kosong Twitter Contact
About Me

Foto Saya
Buku Diary sudah lama tak tersentuh sejak ada diary online seperti ini. dan, karena ini online, dan sudah pasti bukan lagi menjadi rahasia bagi diri sendiri. maka, tidak semua yang anda baca ini hasil dari cerita nyata si penulis :p

Credits

Image
Blogskins

Jadilah Teman Ary

Twitter Ary dhruva

Rabu, 29 Juni 2011



Jika sedang rindu padaku, titipkan pada hujan
Hujan pandai mengantar rindu,
Jika sekarang sedang hujan dengan derasnya,
Apakah ada yang sedang yang merinduiku dengan teramat, sangat ?
Katakan, barangkali aku juga merinduimu


Kamu memang tak berhati !
Rabu, 22 Juni 2011



Kamu pernah tau, bagaimana rasanya menyayangi seseorang dengan tulus, kemudian dengan tidak berhati mematahkannya secara keji ? Itu, yang pernah kamu lakukan padaku. Dulu.

Kamu pernah tau, bagaimana rasanya orang yang pernah menyakiti hatimu begitu rupa lalu dengan mudahnya ingin kembali padamu, dia menyesal dan berjanji takan mengulangi lagi.

Kamu tau, rasanya menahan perih ?
Kamu memang tidak berhati !


selamat datang cinta




selamat datang cinta....

kubukakan pintu hatiku untukmu
dengan senyuman kusambut kedatanganmu
silahkan masuk, rumahku amatlah sederhana
hanya ada ruang yang lapang dan satu surau di sampingnya
ya..
mungkin kau bilang ini amat sepi
tapi kuharap kau nyaman berada di sini
sepi memang, tapi kuharap rasa nyaman menyelimutimu setiap saat
seperti kalam Allah yang selalu menyelimuti hatiku
terdengar dari surau di samping ruang

cinta,
kutunggu kedatanganmu,
bersama sepucuk harapan
singgahlah, menjadikan ruang ini tak lagi sepi
pagi, siang, sore, dan menjelang malam,
bimbinglah aku menghidupkan surau kecil ini
mari bersujud dan mengharap pada Sang Ilahi
semoga Allah meridloi





berhenti mencari tahu
karna rindu memburu
hai.... luka berada di situ !!

maka diam-diam saja,
pura-pura buta dan tuli
bodoh !
tinggalkan.... cepat !!

biar dia mencari,
menyesal meninggalkan hati yang tulus.


puisi
Sabtu, 18 Juni 2011



barisan sajak tanpa judul mulai berguguran, tertiup angin berterbangan lalu jatuh ke kertas putih, kemudian tergelincir di dalamnya, ia sadar lalu berfikir, bagaimanamenyeimbangkan, berdansa membentuk barisan abjad.

puisi, seperti hidup.


semarang, 12 juni 2011


suret tak sampai




Beberapa deret kalimat saling merapatkan kata.
Berpikir keras.
Bahasa jiwa mempuisikan kerinduan.
Dibaca berulang-ulang, ok.
siap dikirim pos maya.

Tak ada sinyal yang terbaca, suratku membusuk dalam buku harian.

Semarang, 17 juni 2011


Jumat, 17 Juni 2011



Tolong bukakan pintu, jangan mengintip terus di balik jendela.

Boleh aku mampir sebentar ?

Untuk memastikan, ada atau tidaknya aku di hatimu.


Rabu, 15 Juni 2011



Aku mengkremasi rindu, dan ketika menjadi abu, kutebar pada ladang yang sendu. Kamu.


hsaahhhh



kerinduan, atau kebencian membaur jadi satu
mungkin kau tak tau, sebelum ini
luka telah menganga tak berperih
mungkin kau tak tau, sekian lama aku menyingkir sebab cinta
jiwa ini luka, maka berhenti saja
mengais cinta masa kini

ini mungkin salahku,
terlalu menganggapmu 'cinta'
tapi tidak dari hatimu.
hingga aku yang terluka
cinta,,,,,
aku membencimu !


Koki air mata




Masih saja aku diam tanpa suara. Seperti orang yang tiba-tiba mendapat kutukan menjadi batu. Seolah mati rasa. Mulut terkunci rapat. Stok oksigen seperti telah habis, hingga kudapati dadaku menggelembung dan hidungku kebingungan mencari udara. Waktu seperti mati. Jarum jam berhenti berdetak beberapa detik. Mungkin seperti dunia telah berakhir, seperti ada petir yang menyambar-nyambar dan langit gelap seketika, meskipun di siang bolong. Telingaku tak lagi mendengar semua yang kau bicarakan setelah itu, ganggang telefon tergeletak dengan lemasnya. Persendianku kaku. Darah mungkin sudah membeku. Seperti ada yang sedang melesatkan peluru pada ulu hatiku. pipiku basah air mata.

***

Pertengkaran semalam belum juga dapat terpecahkan. Entah apa sebabnya. Aku, yang terlalu memburumu tuk berkata jujur. Sedang kau, masih berkutit dengan sgala rahasiamu. Entah apa yang kita perdebatkan sebenarnya. Jarum jam terus berputar, pelan-pelan bulan meredupkan neonnya, bintang-bintang pulang ke peraduannya. Sampai pada akhirnya ayam terbangun dan suara adzan menggelegar. Kita, masih terikat pada percekcokan.

"besok siang aku telfon rumahmu saja, sayang. sekarang tidur dulu, aku ngantuk toh sudah pagi kita tak tidur semalaman"

Seperti sedang melegakan hatiku untuk sekedar memejamkan mata sejenak.

Setelah menunaikan sholat subuh, aku memang memejamkan mata, tapi tak pernah benar-benar tertidur. Dadaku serasa sesak terhimpit. Kau lupa sayang, bahwa perasaan wanita begitu sensitif, wanita seorang perasa yang handal. Entah, apakah ini suatu tanda akan adanya hal yang buruk atau tidak, tapi kuharap kali ini meleset.

Kau sadari atau tidak, sikapmu terlalu aneh akhir-akhir ini. Dan aku, tidak juga sebentar mengenalmu. Waktu 2 tahun cukuplah lama untuk tahu tentang kau.

***

Kring.. Kring.. Kring..

Buru-buru kugubetkan handuk ke tubuhku. Telefon berdering ketika aku sedang membasuh badanku mencari kesegaran. Kuharap itu tentang dia, janji semalam yang kutunggu-tunggu.

Telefon kuangkat dengan sentimentil. Masih tampak sisa-sisa semalam.

"iya sayang, aku selingkuh_________"tanpa basa-basi kau ucapkan itu.

***

Tak satu katapun terucap dari bibirku. Aku menelan ludah bulat-bulat. Seolah aku hilang suara. Setelah kejujuranmu itu, telingaku seolah tuli. Padahal aku tau, kau masih mengoceh. Entah apa, aku tak lagi tertarik untuk mendengarnya. mungkin alasan sedang kau cuap-cuapkan. aku tak peduli.

Cukup dengan kalimat itu saja sudah mencabik-cabik perasaanku. Dengan sangat terbata-bata, akhirnya aku bisa bersuara.

"oo... jaadi seperti inii, balasannya ?"

Kututup telefon dengan tangan gemetar. Aku tau, siapa wanita yang kau selingkuhi..


seikat kata maaf, kubungkus dengan pita




___dan, air mata yang pernah terbuang sia-sia
sekarang kau ingin mengusapnya
setelah benar-benar mengering ?
ter-lam-bat !

***

Teruntuk seseorang yang menunduk pilu di sudut ruang hampa, ku berikan seikat kata maaf yang tlah kubungkus dengan pita, supaya kau lebih kuat sebab sebuah penyesalan.

Berapa kali lagi harus ku katakan "lupakan aku !"

Sekarang kukatakan, "pergilah... sia-sia kau tetap di situ. tak ada pengaruh, ada atau tidaknya penghuni penggantimu. kau pernah mengenal hati yang jera ? mungkin kau lupa akan hal itu"

Pergilah dengan sebungkus maaf dariku.
Terimakasih ya..


pertemuan atau perpisahan ?



terminal keberangkatan itu menyakitkan ya,
seperti merampas kebahagiaan,
tentang perpisahan.

lebih kusukai,
terminal kedatangan,
seperti penantian yang begitu lama dan menjemukan,
lalu sirna terbawa angin ketika bus mulai datang.
Pertemuan.


Mungkin kamu lupa, di mana meletakkan aku di hatimu
Kamis, 09 Juni 2011



"Jangan sedih atau nangis waktu kau kehilanganku. Mungkin kau hanya lupa di mana meletakkan aku di hatimu. Ingat-ingat dulu .. :) "


Ah. Iya. Itu kutipan dari status fb saya, beberapa hari yang lalu. Saya bukan sedang kehilangan atau meninggalkan. Hanya, tiba-tiba saja kepikiran hal itu, saat saya kebetulan kehilangan buku diary saya. *norak ya, masih pake buku diary ?* *bodo !*

*ok. Fokus ke pokok cerita lagi*

Kemudian setelah beberapa jam mencari, ngubrek-ubrek sana-sini, jumpalitan sampai kolong meja. Kemudian dengan mata berbinar-binar saya menemukan buku diary tersebut di tumpukan baju dalam almary saya. Ternyata saya lupa meletakkannya, waktu itu saya mau pergi ke bogor, dan satu-satunya barang yang saya amankan sembunyikan adalah buku diary. Mungkin terlalu rahasia bagi saya.

Ada pada beberapa halaman--sebenarnya, lebih di awal halaman-- dalam buku itu. Saya mensejarahkan saat-saat saya dengan mantanpacar saya memutuskan suatu hubungan. Tak usah saya ceritakan alasannya ya. Tapi saya ingin menggarisbawahi, ketika malam setelah kita putus, dia menelpun saya dan menangis sejadi-jadinya. Katanya dia menyesal, "padahal dulu mendapatkanmu butuh pengorbanan yang berat, tapi sekarang malah kusakiti sia-sia" begitu katanya.

Mungkin seperti itu, akhirnya saya mengatakan.
"mungkin kamu lupa di mana meletakan aku di hatimu"


Yang tak terlihat



Boleh aku duduk di sebelahmu ?
Aku janji takan mengganggumu, selama kau mau
Aku akan diam saja di sampingmu,
Membaca air matamu
Menyimak lamunanmu
Mengeja tawamu
Mendengarkan keluh kesahmu

Merasakan desir aliran darahmu
Silahkan bercerita padaku

Kadang-kadang dengan tatapan kosong
Kadang-kadang ada ngilu di ulu hati
Kadang-kadang ada tarikan nafas yang berat

Aku tau,
Semua bukan tentang aku.

Seekor burung baru saja membisikkan kabar kepadaku
Engkau merasa bahagia bersama dia, sosok yang selalu membuat air mata

Tapi aku tetap di sini
Ya, tetap diam saja.
Kecuali kau ijinkan aku menghiburmu, jika kau minta.

"Aku separuh sayapmu, mgkin kau tak pernah tau karna kau tak pernah melihatku ada. Sulit melihat punggungmu sendiri bukan ?"


____dan, jarak terjauh itu seperti ini.
"ketika kita bersama, tapi kamu dengan pikiran yang berbeda"


gerimis
Rabu, 08 Juni 2011




seperti sedang dikejar-kejar gerimis, dengan langkahnya yang cepat, jingkrak-jingkrak, bersepatu runcing, ketoplak-ketoplak. saya pura-pura lari, sengaja biar gerimis mengejar sampai di beranda rumah. kemudian berkata " mampir sebentar, temani saya menyeduh petrichor"


seperti ini rasanya jatuh cinta padamu




seperti ini rasanya jatuh cinta padamu
membuat langkah ke depan tak lagi samar
menjadikan warna hitam terpulas crayon warna-warni
menjadikan musim selalu hangat
menjadikan langit penuh arak-arakan burung emprit di bawah gundukan awan putih
menjadikan seduhan teh di pagi hari terasa lebih nikmat
dan masih banyak lagi

seperti ini rasanya jatuh cinta padamu
degup jantung berdetak satu juta kali lebih cepat dari biasanya
tak lagi satu ketukan
berirama
menjadikan melodi
nyanyian rindu-rindu
bait-bait keindahan
kemudian pena dengan tergesa-gesa mensejarahkan

seperti ini rasanya jatuh cinta padamu
seperti tidur di atas kapas yang ringan dan empuk
tak ada lagi beban yang menggantung di masa lalu

seperti ini rasanya jatuh cinta padamu
menyenangkan————
menyenangkan.
♥♥


keluhan rindu




pada bait-bait rindu yang sering kita titipkan lewat doa, kita tiupkan lewat udara, pada malam. jarak adalah salah satu yang digemari rindu. kita, mungkin korbannya. kita tidak bisa mengelah ataupun melawan. pasrah saja pada aturan.

kata-kata menjadi saksi, bagaimana ia sering kedapatan diperdaya kita. mengeluh. lewat beberapa baris kalimat, pesan yang terkirim lewat ponselmu. keluhan rindu.


tatapmu membungkam mulutku




aku.
dia.
berada pada satu ruang berhadapan saling pandang. dalam keadaan hening yang diciptakan sendiri. sama-sama diam saling berpandang dengan gaya berbeda. seperti ada yang ingin terucap, tapi mulut terkunci seketika. dia, entah dengan perasaan entahnya yang tak kuketahui. aku, dengan perasaan melambung dan gaya salah tingkahku ketika mata elangnya menatap. menciptakan suara batuk yang dibuat-buat. memang sengaja.

semoga tak ada orang lain di sekitar sini selain aku dan dia. kalaupun ada, semoga mereka tak mendengar gaduh ini. gaduh dalam ruang hatiku. semakin keras semakin kencang. kututupi dengan batuk buatan.

seandainya bisa, ingin aku melepas jantungku sebentar, entah kuletakkan dalam tas, dalam saku atau kutinggal di rumah, kuletakkan dalam laci.

suaranya begitu gaduh saat aku dan dia harus berada pada jarak yang sepenggal. mungkin ini imbas dari rindu yang semakin menebal, karna jarak yang sudah terpotong kemudian bertemu pada titik di mana rindu harus dilepaskan.

"aku cuma mau kamu, selamanya"

aku ingin membalas ucapannya. tapi tatapan mata elangnya membungkam mulutku. mataku berbicara lebih bawel. jantungku berbicara lebih gemuruh. tapi hanya mengucap sepatah kata dari mulut saja aku tak mampu.

mungkin hanya dengan satu kecupan di pipi. semoga dia mengerti.


semua tentang kamu




ada ingatan yang aku bawa ke mana saja
ada rindu yang kupikul dengan langkah gontai
ada perasaan yang sengaja aku letakkan dalam ruang hatiku
tentang kamu

mungkin aku mencintaimu
tak peduli apa perasaanmu
aku, selalu berbicara pada Allah
membicarakan apa saja tentang kamu
memohon restu pada-Nya

punya harapan lebih tentang kamu


hati



Sesekali meletakkan hati ke dalam kardus yang gelap. Mungkin seperti menghukum, tapi tidak. Biar..biar hati belajar. Belajar menikmati kegelapan. Belajar melihat dalam kegelapan. Hingga mungkin akan ada cahaya yang diciptakan sendiri. Biar belajar mensyukuri sedikitnya cahaya. Biar belajar kuat dalam kegelapan !


Rindu pada dia, kota yang berbeda



Pada malam,
Saat syair-syair indah tercipta
Ditiupkannya bait demi bait kerinduan
Semoga anginku sampai pada kotamu

Di kotaku,
Segala keindahan langit sedang menghibur penatku
Kau tahu ?
Bintang-bintang tampak acak membentuk rasi
Bagaimana di kotamu ?

Tataplah langit sayang,
Semoga kita tertuju pada bintang yang sama
Iya, yang tampak sedang sendirian
Tapi tampak terang di antara yang lain

Pada jarak yang memberi sekat bernama rindu
Pada tatap mata yang tak terjamah
Ruang yang berbeda
Semoga rindu sampai di kotamu


o1.o6.2o11 di waktu senja



Senja di awal bulan enam
Jingga merona di batas langit barat
KeagunganMu duhai penguasa langit
Seluruh raga ini merindukanmu

Duh Gusti,
Mata, lidah, tangan, kaki, hati, pikiran
Ampuni diri yang tak pandai menjaga titipan dariMu di ragaku
Segala yang mungkin lebih mengikuti bisikan syaiton daripada lebih berpegang teguh padaMu
Mereka yang akan berkata ketika bibir membisu di hari nanti

Ya Rabbi,,
Ampuni taubat kami
Diri rindu belaianMu
Jaga rindu ini jaga cinta ini jaga iman ini
Supaya pantas mendapat balasan cinta dariMu


perpisahan



Lambaian tangan perpisahan
Yang ditinggalkan dan yang meninggalkan
Hanya untuk beberapa waktu saja
Pada jarak yang memberi sekat,
Semoga masih ada pertemuan


terminal




datang dan pergi.
pulang dan meninggalkan.
ada yang bahagia dalam penantian menunggu yang kembali.
ada juga lambaian tangan melepas.
Terminal, sebagai saksi bisu.


mencari Allah




....dan, pada malam.
Ku telusuri sunyi.
Orang bilang, carilah Allah pada pertigaan malam
Di mana Allah ?
Ku dapati lutut yang menyentuh sajadah
Dan tangan, menengadah
Pipi yang basah air mata
Pengharapan dosa segera sirna


Ada yang menetes di pipi ?
Senin, 06 Juni 2011



kawanan hujan tergeletak di jalan, membaur jadi satu. ada yang menjadi embun pada kaca mobil, menempel, rekat. satu dua jatuh, lalu tergelincir. seperti sedang main prosotan, kakikakinya berselancar menuruni kaca yang sedang ku tatap.

Ya.. di luar sudah hujan sejak satu jam yang lalu. Lalu kurasakan pipiku basah kuyup. Ku kira ada atap yang bocor. Atau mungkin air mata ?


Menunggu pesan darimu



Ah. Kau pasti bohong !

Senja yg jadi saksi, kau tak kunjung memberi pasti.
Hanya bercuap-cuap lewat baris kata.
Menguap.
Sia-sia.

Mana ..
Balas pesanmu ku tunggu dengan getir.
*blurp blurp blurp*
Bukan kamu.


Pertemuan



Dari awal saya percaya, bahwa tak ada satupun pertemuan yang berbau kebetulan. Semua sudah diatur, dan Allah pandai merencanakan.

Setiap kali saya bertemu dengan orang baru, yang (memang) sengaja diatur atau suatu kebetulan, saya selalu berfikir "entah saat ini atau lusa pasti ada sesuatu yang Allah rencanakan, yang pastinya berhubungan dengan orang ini" terkadang saya juga berfikir kenapa harus dipertemukan dengan orang ini ? Pasti ada maksud. Entah____

Untuk sebuah pertemuan tiga tahun yang lalu.

Entah kenapa saya selalu berfikiran bahwa "terkadang orang yang (bagiku) tepat datang di saat yang tidak tepat" dan itu kamu. Mungkin menurutmu, saya terlalu PeDe, tapi menurutku itu teramat manis. Setidaknya untuk dikenang.

Begitu banyak tentang kamu yang masih melekat di pikiran (kenangan) saya. Misalnya, Parfum kamu, ya.. blue emotion. Lagu hitamnya andra and the backbone. Bulu tanganmu yang tumbuh lebat. Ulang tahun yang jatuh di bulan yang sama. Baju, tas, motor, bakso, kaca mata dan senyum kamu. Jika dengan sengaja diingat, semua masih sanggup kuingat dengan jelas. Debar jantung kala itu, terkadang masih terbawa. Tapi bukan lagi debar cinta seperti dulu, sekarang lebih berbeda, entah apa namanya.

Saat-saat penantian adalah saat dimana hati dilatih untuk mengikuti sebuah permainan seperti bermain roller coaster. Terkadang naik tinggi setinggi-tingginya, lalu turun dengan jantung yang teramat berat, dengan desir aliran darah yang entah, lalu merasa lega lagi dengan alur yang flat.

Seperti itulah cinta yang hanya terpendam diam-diam. Diam dalam doa.

Dan, menunggu adalah kalanya mencinta, suatu hal yang membosankan. Sangat membosankan. Saya adalah orangnya. Orang yang tidak punya urat kesabaran yang lebih. Ya.. Menunggu berlama-lama akan membuat saya menyerah untuk menunggu. Menunggu yang tidak pasti tepatnya.

Keyakinanku saat itu goyah. Dan saya memilih untuk balik arah. Ya.. Saya memilih untuk menyerah. Menyerah itupun setelah menanti yang teramat lama tanpa kepastian. Karena saya pikir memutuskan untuk terus menanti adalah suatu hal yang sia-sia.

Saya tau, menyerah adalah pilihan yang salah. Tapi menunggu tanpa kepastian itu sangat membosankan. Saya memilih pergi dan jatuh pada hati yang lain. Seperti perumpamaan, saya adalah orang yang sedang menunggu bis di halte. Mungkin saya terlalu memburu waktu, jadi saya memutuskan memilih ojek.

Setidaknya antara kita tidak ada yang saling memberi sinyal. Kita terlalu egois untuk membungkam perasaan masing-masing. Siapa yang harus disalahkan ? Diri sendiri.

Waktu berputar, jarum jam bergerak maju, hari kian berganti. Tapi perasaan ?

Saat saya memutuskan untuk pergi dan bersandar pada hati lain yang saya temui. Jawaban itu datang, kepastian itu nyata. Ya.. Setidaknya kamu mengakui perasaan itu. Perasaan yang terbungkam lama dengan diam-diam. Pun perasaanku.

Ingin rasanya berteriak pada penjuru bumi. Agar semua tau. "KENAPA ORANG YANG TEPAT DATANG DI SAAT YANG TIDAK TEPAT !!" apa yang bisa saya berikan ? Hanya membuatmu kecewa dengan kejujuranku. Sekaligus kecewa saya pada pe-nyerah-an.

Andai kamu tau, andai semua tahu. Tapi tak semudah itu bermain-main dengan perasaan. Entah mengapa berpisah, di saat jalinan mulai terbentang. Ya, kita hanya bisa menyesali. Menyesali keegoisan membungkam perasaan.

Bahwa kamu takut hubungan kita yang saat itu, layaknya saudara kakak dengan adiknya akan berubah. Karena perasaan entahmu. Begitu alasanmu, Begitupun aku.

fuuhhh, boleh aku menghela nafas sejenak ?

Dan.. Akhirnya. Waktu pernah berpihak pada kita. Ada cinta yang terjalin. Ada debar jantung yang sama. Titik aduhku berhenti di kamu. Mungkin ini maksud dari pertemuan itu. Pertemuan yang menurutku konyol. Haha.

Segala tentang kamu, tentang kita adalah keindahan. Meskipun jalinan tak bertahan lama. Di situ, saya pernah belajar tentang mencinta yang tulus. Terkadang dalam diam. Terkadang dalam cemburu buta. Tapi ketahuilah, semua indah. Belajar menanti dalam doa. Begitulah sesungguhnya cinta.

Kepada sebuah pertemuan tiga tahun yang lalu. Cinta pertama.
Saya hanya tersenyum mengenangmu, mengenang kita.
Hal termanis yang pernah kutemui.
Hal teromantis adalah saat kita datang ke masjid bersama, pada waktu maghrib, waktu setelah kita buka puasa.
Terima kasih untuk semuanya :)




NB: tulisan yang tersimpan lama di notes hp.


Sesayat luka



..kemudian hujan datang begitu deras.

aku pulang menyusuri ilalang.
tak perlu kau antar, mungkin akan lebih baik.
Kini Hati bagai tersayat sembilu.

Duhai hujan.
Basuhlah air mataku.
Basuhlah kesedihan.
Turunlah lebih deras.
Biar aku menari, merentangkan tangan, berputar-putar.
Masuklah lewat pori-pori.
Sampai dalam, air mata lebih menderas di sana.

Seperti apa aku gambarkan.
Sebuah kedustaan yang terlihat persis di depan mata.
Buang maafmu !
Tak semudah menghapus air mata.
Tak perlu ada sujud. Aku bukan Tuhanmu.

Sesayat luka. Sesayat luka. Sesayat luka.
Biar waktu menjawab dengan bahasa karma


Jatuh ♥



Jatuh cinta.

Kau tahu, aku mulai menuliskan kata itu (malu-malu). Hi..hi.. Lantas aku tersenyum-senyum sendiri membacanya.
Kau tahu, aku serupa anak kecil yang sedang mencuri uang dalam dompet ayahnya, lalu mengatakan dengan jujur saat ditanya oleh ayahnya, "iya, aku yang mengambil uang ayah" dengan menundukkan kepala. Dan takut-takut menunjukkan uang dalam genggaman yang sebelumnya kusembunyikan di balik punggung.

Jangan tanya perasaanku saat itu, aku tidak tahu.
_________entah.
Kau mungkin lebih tau tentang perasaan ini. Dan aku, tak pandai mengungkapkannya.

Percayalah, seperti ini perasaan dari hati yang sebenar-benarnya.
"kenapa ?"
"ke...na...pa ?"
"kenapa tak mengatakan dengan jujur saja, kalau suka ya bilang suka"
Aku tersenyum.
Lagi-lagi aku tak pandai menjawab.
"aku takut"
kau harus tau, aku takut mengungkapkan 'cinta' pada orang yang benar-benar aku cintai. Dan, aku orangnya. Yang sedikit berhati-hati. Aku lebih menyukai membicarakanmu di belakang. Kau tau, namamu adalah doa yang tak pernah alpha antara pembicaraanku dengan Allah. Aku sering membicarakanmu dengan Allah. Aku hanya ingin menyukaimu dengan sederhana. Aku suka kamu suka dan Allah setuju. Itu saja.

Katanya jatuh cinta berjuta rasanya. saking banyaknya rasa yang terkandung di dalamnya, tak satupun aku mampu mengungkapkannya. Aku seperti tak pernah merasakannya. Bukan, bukan 'tak pernah' merasakan. Lebih tepatnya aku lupa. Aku lupa jatuh cinta. Aku pernah merasakannya. Tapi dulu. Dulu. Dulu, sebelum aku sering menepisnya. Sekarang.... Aku harus mengucapkannya dengan lirih bahwa aku takut.

Dan, ketika aku mulai jatuh cinta. Akan aku bisikkan pesan pada hati, "kau jangan jatuh terlalu dalam, karena akan semakin sulit aku menarikmu keluar"

Dear hati, siapa laki-laki yang pandai mengambilmu dariku ? Tolong sampaikan padanya, jangan coba-coba dia menyakitimu karena dia akan menyesal melukai hati yang tulus.


Di balik jendela



Di balik jendela ini, aku selalu menunggu ayah datang menjemputku. Di rumah nenek.

Aku ngiri ketika melihat teman-temanku bermain dengan ayahnya. Digendong, dibonceng sepeda, main layang-layang, mencuci mobil, memotong rumput dan membaca. Sudah delapan bulan aku tinggal di rumah nenek. Waktu itu minggu sore, ibu buru-buru mengajakku ikut dengannya, meninggalkan rumah. Ibu tidak memberikan alasan. Ibu menangis ketika aku bertanya tentang ayah. Jadi aku diam saja, aku tak ingin ibu menangis. aku yakin ayah pasti menjemputku. Memangnya ayah tidak kangen apa ? Pasti ayah kangen. Makanya aku harus jadi anak yang sabar.. sabar menunggu ayah.

Waktu itu umurku lima. Ayah sayang sekali padaku. Aku tau itu. Ayah selalu membelaku ketika teman-teman cowokku menakaliku.

"ayah, memang anak cowok itu beraninya cuma sama anak perempuan ya ? Aku sebel yah !"

Ayah cuma bilang, "jangan takut, kan ada ayah" diucapnya sambil mengusap air mataku.

"jadi anak perempuan jangan suka cengeng ya.. harus kuat ! juga sabar" kata ayah kembali.

"he-eh" jawabku mengangguk.
Betapa aku bahagia, memiliki ayah yang baik. Aku anak perempuan yang merasa dilindungi ayahnya.

Sedangkan ibu, ibu adalah sosok yang lembut. Sekalipun ibu tak pernah memarahiku. Mungkin karena aku anak satu-satunya, mereka melimpahkan kasih sayangnya padaku.

Beberapa saat sebelum ibu mengajakku ke rumah nenek. Aku belum paham tentang ini. Kudengar ayah dan ibu sedang berteriak-teriak. Pernah kulihat ayah memukul tangan ibu, ibu berteriak, ayah juga. Kemudian ibu menangis.

Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi. Rumah menjadi gaduh.

"sudah ! Biar aku dan clara yang pergi dari rumah ini. Biar kau bisa senang-senang dengan perempuan brengsek itu"

Itu pertama kalinya aku mendengar ibu marah dan berteriak. Kemudian Ibu menghampiriku (yang sedang berdiri di depan pintu kamar mereka), memeluk lalu menciumiku. Tanpa mereka sadari, aku sedang menyaksikan mereka. Ibu menangis.

Dari balik jendela ini, aku juga sering mengintip-intip tetangga yang sedang bermain-main dengan ayahnya. Aku kepengen nangis, tapi kata ayah, anak perempuan gak boleh cengeng. Aku telan mentah-mentah air mataku.

Aku, yang dulu ceria, jadi sering murung di kamar. Suka berbincang-bincang pada ruang kosong, pada boneka bear, pada guling, pada patung mr.bean, pada jendela, pada tembok, pada gerimis.

"ayah... Jemput aku dan ibu. Ibu sering menangis. Ibu tak doyan makan. Ibu tak pernah (bisa) tidur. Ibu sering murung. Juga aku. Apa ayah sudah tidak kangen lagi ?" barusan aku berkata pada boneka bear.

Aku pergi ke jendela lagi. Sedang ada gerimis.
"ayah.... Clara kangen ayah. Pengen maen hujan-hujanan sama ayah, lalu mendapati ibu cemberut saat mengetahui kita basah kuyup"

Mungkin tampak aneh, atau ada yang mengira aku gila. Setidaknya ini tampak lebih normal dibandingkan berbincang pada tembok atau pada ruang kosong. Seperti yang kulakukan akhir-akhir ini, semenjah ayah tak bersama.


Total Pageviews

Web Site Visitor Counter

Tinggalkan pesan di sini :)


ShoutMix chat widget


Waktu Indonesia Bagian Barat

Ads

Place your Google Ads/Nuffnang ads here.

Hits

Tracking stats here.

All writings found on this blog shall not be reproduced without permission.