cuma tau
Minggu, 11 September 2011
sering-sering main ke sini juga ya.... dan
kadang-kadang saya mengisi rumah maya tersebut.
selamat menulis.
selamat membaca.
selamat singgah.
semoga betah yaaa :) Label: cerita, cerpen, cinta, curhat, pesan, puisi
Minggu, 04 September 2011
sepertinya benar, tulisan itu tidak pernah sebohong mulut.
atau, tulisan itu sebuah mulut yang kelu ?
memang, kadangkala mulut lebih baik diam daripada berdusta. kemudian mudah saja berkata-kata (yang jujur) dalam tulisan. sekalipun bukan dari pengalaman (jujur) si penulis, setidaknya mengenai pengalaman nyata orang lain.
menulis kadangkala memang tidak mudah. tulisan yang punya irama, lalu membius pembacanya dengan emosi yang jingkrak-jingkrak. ah, itu mereka, yang menulis untuk dibaca pembaca, lalu disuguhkan dengan komentar layaknya mencicipi makanan lalu menyampaikan rasanya seperti dalam acara master chef.
tapi tidak tentang aku.
yang menulis karena ingin menulis. yang menulis karena memang kadangkala mulut suling mengungkapkannya. yang menulis karena ingin mensejarahkannya. ya, bebas saja. aku ingin menjadi penulis yang bebas. bebas menulis apa yang ingin ku tulis. bukan terkekang oleh tema. masalah dibaca atau dikomentari, itu masalah kebetulan saja.
jadi, menulislah apa saja.
mewakili mulut yang enggan menyampaikan isyarat.
5.40
Selasa, 23 Agustus 2011
Tepat di waktu senja meronakan langit di batas cakrawala.
Percakapan dua orang tengil :
Fiar : ge di mana si ?
Ary : Aku lagi di angka 5. Jom tengok !
Bagaimana ? Lihat rumahku tidak ? Aku di angka 5.
F : maaf dik.
aku pake jam inggeris, jd pakenya 17pm.
ga nemuin angka 5 dibenakmu.
A : Ya.. Kan menunjuk angka 5 juga dg garis to pak lek.
F : drup. . .
jgn tinggalin aku di angka 40. . .
A : Heh, ngapain km di angka 40 ? Jauh lah aku di angka 5
F : aku sengaja di angka 40.
biar qt ketemu pas adzan.
5.40
F : jgn kmn2 ea !
aku msh ingin buka puasa.
biar ada disampingmu.
wkqkqkqkqkq
A : Aku udah pergi. Kalau pengen ketemu lagi, lalu duduk di sampingku. Temui aku lagi selepas subuh.
#KemudianHening
kuharap, sepi segera menjeratmu. sebagai ketidakpatuhanmu pada kejujuran. mungkin kau tak ingat, bagaimana perihnya karma. sebagai penghukum paling kejam di dunia.
selama ini TUhan diam. sebagaimana doa-doa yang kutebar, berharap segera meminta jawab. celakanya, kamu yang ada di rahim doa-doaku.
aku patuh, aku menjaga diri baik-baik. dari lenaan dunia yang karanya surga bagi pezina. oh Tuhan, kau tau itu. sebab itu, aku menagih janji-Mu. dia, yang bagiku sangat sempurna kepatuhannya kepada-Mu.
dan Kau, tetap diam sampai saat ini. atau, ini cara Tuhan menjawab doa-doaku ?
aku meminta kebersamaanku dengan dia. kebersamaan abadi. tapi aku lupa, aku lupa meminta kacamata yang pas.
Tuhanpun masih diam. atau ini, cara Tuhan menjawab doa-doaku ? entahlah.
ketika pada suatu masa, mataku tergerak-untuk-sebuah-penasaran pada fakta yang masih tertangkap.
oh sepi, oh karma, oh sendiri.
jeratlah dia.
lalu hukum dia atas keadilan.
sungguh, aku kecewa.
oohh... aku kejam ? lebih kejam mana daripada penduata atau pezina ? sudah tidak ada toleransi atas ketidakjujuran. ini hubungannya dengan hati. ya, hati adalah sebagian organ tubuh terlemahku..
atua, aku harus membeberkan atas perilaku dustamu kala itu ? ah, tidak perlu. aku muak. biarlah karma yang menunjukkan dengan adil.
Di bawah langit kota hujan
Sabtu, 20 Agustus 2011
Di bawah langit kota hujan.
Di sini pernah ku ukir kenangan
Bersama penantian juga harapan
Hampir selalu ada canda tawa
Tentang hari ini,
Saya tau, ada air mata yang sengaja saling kita sembunyikan
Tapi begitulah, perpisahan
Saya tau, kita saling tidak rela
Tapi begitulah, Tuhan menciptakan jarak
Airmata hanya sementara, kita harus tegar
Hujan, suatu saat nanti (entah kapan)
Semoga kau menjemput dan mengantar aku kesini lagi, ke kotamu
Untuk melepas rindu pada tiap kenangan
Ini sangat berkesan, menyenangkan tinggal di rumahmu.
Citeureup, 20 agustus 2011
Malam merindu
Rabu, 17 Agustus 2011
Malam ini, hujan memang sedang tidak menjamah kotaku. Aku sibuk mencuri padang dengan jam di dinding. Tiap detaknya yang terdengar adalah melodi sunyi. Jarum jam di dinding tergeletak sesaat pada arah Barat laut.
Di luar sana, langit semakin pekat tanpa sedikitpun awan abu-abu. Dan yang paling kusuka, pendar-pendar bintang semakin centil menggodaku. Aku suka bintang.
Tak akan kusesali perkenalanku dengan malam. Ia adalah ladang yang subur, dimana siap kupanen bait demi baitnya.
Sederhana saja aku menikmatinya. Duduk di teras dengan sepasang cangkir. Satu cangkir berisi kopi, untukku. Dan satu cangkir lagi berisi rindu yang siap kusesap. Kamu.
Dari jarak ratusan kilometer dari kotaku, aku bersyukur kita masih menatap pada satu langit yang sama.
"carilah satu bintang yang paling terang di antara bintang yang lain, dan tak berpindah tempat. Di sana dhruva menjelma." kataku, pada sebuah ujung perpisahan.
Sebuah rindu barusaja kulipat menjadi pesawat kertas, kutiupkan waktu sampai ke Semarang, semoga sampai di tempatmu. Dan waktu, tak urung memangkas jarak.
Citeureup, 16 agustus 2011
Merdeka ?
Selasa, 16 Agustus 2011
Katanya negaraku sudah merdeka , tapi aku tak mengerti arti dari kata merdeka yang sebenarnya.
17 agustus itu memperingati hari yang dulu, tapi apa gunanya untuk sekarang ?
Kepada bapak presiden yang baik hatinya;
Tolong jelaskan, 'merdeka' di tahun 2011 itu seperti apa ?
Dari gosip-gosip yang saya dengar, kabarnya sedang musim korupsi ya ? Semacam itukah ? Mer-de-ka !
Merdeka untuk kalangan yang berkuasa ?
Dulu, saat masih duduk di bangku sekolah, sejarah adalah sebuah cerita yang kuimajinasikan sendiri.
Tapi di periodenya bapak-presiden-yang-baik-hatinya, mungkin sedang menciptakan sejarah dalam bentuk drama.
Ah, entahlah.
Aku ini hanya generasi muda yang payah. Arti kata merdeka saja tidak mengerti !
|