Hujan + Kopi = Kamu ♥
Kamis, 14 April 2011


Ini kopi pertama yang kunikmati di hari ke sembilan bulan empat. Kopi yang sengaja kubekukan di dalam freezer. Tiga jam yang lalu.
Aku lebih memilih kopi yang dingin ketimbang kopi panas. Menikmatinya tanpa harus menyebul ke ujung cangkir supaya tidak terlalu panas. Tidak seperti kamu.
Kopi hitam kental panas. Itu sudah cukup menyeret ingatanku kepadamu. Beberapa kali kita bertemu, kamu selalu memesan kopi. Kopi seperti itu. Perjalanan jauh untuk menemuiku membuatmu lelah ya ?
Kopi. Hanya dengan kopi saja aku bisa mengingatmu begitu rinci. Sederhana sekali ya ? Andai sesederhana itu. Hubungan kita.
Jangan tanyakan perasaanku saat ini. Karna aku sendiripun tak mampu menjawabnya dengan jujur. Cinta dan benci tampaknya sedang akur. Mereka bersahabat.
Sebuah tanda tanya besar sedang menggelitik. Menggaruk-garuk. Melingkar penuh di kepalaku.
Banyak hal yang tak sempat keluar dari bibir ini. Banyak tanya yang urung kusampaikan.
Ada apa ?
Mana yang benar dan mana yang salah ?
Kenapa ?
Mereka.... Siapa ?
Entah.
Tak ada jawab pasti. Yang ada hanya jawabanku sendiri. Tanpa penjelasanmu. Tentunya yang lebih akurat.
Kopi kuteguk lagi. Sembari menikmati hujan yang barusaja turun. Secara tiba-tiba.
Semakin lengkap menemaniku.
Kopi. Kamu. Hujan. Aroma petrichor.
Ini hanya sekedar waktu. Di mana aku sedang mengingatmu sendiri. Bertanya-tanya pada rintik hujan. Haha tapi aku tak mengerti bahasa mereka. Aku hanya ingin sendiri saja mengingatnya, tanpa menginginkan kamu. Tak ada niat pula untuk menghubungimu. Karena aku hanya ingin sendiri. Karena kita sudah berhenti di titik dimana kata selesai sudah memisahkan kita.
