Seorang berkerudung
Sabtu, 23 April 2011


Ya Allah, saya yakin sehelai kerudung yang menutupi kepala saya ini tidak akan sedikitpun mempengaruhi kadar rejeki yang telah Engkau tetapkan untukku.
Ya Allah, sungguh kerudung yang baru saya pakai selama kurang lebih tujuh bulan ini, ini adalah salah satu usaha saya menjadi seorang hamba-Mu yang lebih baik. Yang belajar memperbaiki habluminallah. Mempertebal imanku sebagai seorang muslim. Meskipun belum bisa dikatakan sempurna, karena kerudung yang saya pakai baru saya pakai ketika saya berada di luar rumah. Sedangkan di lingkungan rumah saya masih berpakaian seperti biasa-ketika saya belum memakai kerudung-. Tetapi sungguh, saya memakai atas dasar niat. Bukan untuk memenuhi nafsu trend busana yang sedang ngetrend belakangan ini.
Saya ingin mengutip sebuah hadist yang pernah saya baca "Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak di kepalanya di dalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya".
Adapun dari QS. al-Ahzab [33]:59 'Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.'
Ya Rabb, di sini saya berniat (belajar) memakai kerudung untuk memenuhi syariatmu, seorang muslim. Yang saya tau, kerudung itu adalah pakaian yang wajib di pakai oleh seorang wanita muslim yang sudah baligh.
Beberapa pekan ini ada kejadian yang-rasanya-ingin menumpahkan air mataku. Berhubungan dengan kerudung di lingkungan perusahaan.
Setelah beberapa bulan yang lalu saya resign dari pekerjaan saya, saya berniat mencari pekerjaan lagi di beberapa perusahaan.
Beberapa kali saya mendapat panggilan tes dan interview. Tapi tidak ada respon setelah itu. Karena saat interview perusahaan mensyaratkan karyawan yang bekerja di sana tidak boleh memakai kerudung. Mungkin itu salah satu alasan kenapa saya tidak di terima, disamping alasan-alasan lainnya.
Barusan, hari ini, saya memenuhi panggilan interview di salah satu perusahaan di semarang (kawasan pemuda). Saya senang sekali diberi kesempatan untuk dapat interview. Bagaimana tidak, telah lama saya menyimpan keinginan saya untuk dapat bekerja di sana.
Ketika interview, seorang bapak membuka dengan bertanya,
"apakah Ary seorang muslim ?".
Kemudian saya menjawab dengan tegas "iya, insya allah saya seorang muslim pak."
"berapa kali dalam waktu satu hari Ary sholat ?" bapak itu kembali bertanya.
"seminimal-minimalnya waktu wajib sholat pak. 5waktu dalam sehari."
Setelah pertanyaan pembuka yang sangat basa-basi itu, kemudian perbincangan kami mengarah ke pokok perusahaan dan job description yang saya lamar. Banyak yang kami perbincangkan. Hingga di akhir interview, bapak tersebut berkata,
"ry, di perusahaan ini ada syarat tidak boleh memakai kerudung. Apabila nanti ary diterima untuk bergabung bersama kami, apakah ary bersedia untuk tidak memakai kerudung saat bekerja ?"
Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya ketika saya mendengar pertanyaan itu. Saat itu saya merasa kebahagian enggan menghampiri saya. Senyum yang tadinya memaniskan bibir saya perlahan pergi menjauh. Rejeki seakan sedang bersembunyi dariku. Selama sedetik, udara seakan begitu hambar.
Untuk kesekian kalinya saya menemui keadaan seperti ini. Tapi baru kali ini saya merasa kecewa. Perusahaan yang telah lama saya idamkan ternyata tidak mau menerima keadaan saya.
Saya keluar dari gedung menuju parkiran. Pikiran saya kalut. Air mata hendak menceritakan perasaan saya saat itu. Tapi tak ada suara. Air mata berbicara tanpa suara.
Ya Allah, adilkah ini ?
Kucoba enyahkan prasangka. Saya berusaha berprasangka baik padaMu. Karna ku yakin rejeki sudah Kau atur. Tapi di mana saya hendak mencari-cari rejeki saya lagi ? Saya bingung Ya Rabb. Apakah gara-gara kerudung ? saya rasa tidak. ini hanya masalah belum rejeki saya untuk bekerja di perusahaan itu. tapi kenapa perusahaan tidak mau memberikan waktu sedikit saja untuk melaksanakan ibadah ?
Saya bisa saja mengambil syarat perusahaan tersebut dan bersedia melepas kerudung saat bekerja. Tapi di mana niat saya ? Niat yang dulu saya kumpulkan. Tapi di mana sikap kemusliman saya ?
Batinku berteriak.
Sungguh saya tidak tertarik dengan itu semua. Ya, saya memang sedang menganggur. Saya butuh uang. Tapi batin saya selalu mencoba mengingatkanku. Saya selalu mencoba berprasangka baik dengan Allah. Mungkin Allah sedang mempersiapkan yang lebih baik dari ini.
