jadi, kunanti gerimis saja
Jumat, 20 Mei 2011


Aku sedang menunggu gerimis.
Dari tadi kunanti, sesore ini tak juga berkunjung.
Biasanya dia selalu datang, ah mungkin nanti malam.
Aku keburu rindu.
Rinduku terlalu menggebu, jadi, mungkin kunanti gerimis saja.
Saat itu,
Aku yang sedang berdansa di latar gerimis.
Tubuhku begitu luwes.
Kusaksikan Dia yang sedang tersenyum.
Bukan senyum untukku.
Senyum untuknya, yang berada di samping.
Duhai pria tampan,
Bisa kau lihat, remukan yang ada di genggamanku ini.
Hatiku.
Kau remukan dengan tampak brutal.
Bisakah kau bedakan, mana air mataku dan mana gerimis yang hendak membasuhnya ?
Jika air mata dan gerimis tampak bersama.
Hey, kau ! Pencuri tengik !
Jadi, kunanti gerimis sesore ini.
Sahabat yang tak pernah jera mengusap air mata ku.
Meski aku berulangkali datang dan mengeluh.
Aku punya banyak cerita untukmu.
Akan kutuangkan amarahku bersama derai tangis.
Dan kau tampak lembut membasuhnya.
