"di sini drama dimulai, di ruang hampa yang penuh kisah."

Home Facebook kosong Twitter Contact
About Me

Foto Saya
Buku Diary sudah lama tak tersentuh sejak ada diary online seperti ini. dan, karena ini online, dan sudah pasti bukan lagi menjadi rahasia bagi diri sendiri. maka, tidak semua yang anda baca ini hasil dari cerita nyata si penulis :p

Credits

Image
Blogskins

Jadilah Teman Ary

Twitter Ary dhruva

Koki air mata
Rabu, 15 Juni 2011




Masih saja aku diam tanpa suara. Seperti orang yang tiba-tiba mendapat kutukan menjadi batu. Seolah mati rasa. Mulut terkunci rapat. Stok oksigen seperti telah habis, hingga kudapati dadaku menggelembung dan hidungku kebingungan mencari udara. Waktu seperti mati. Jarum jam berhenti berdetak beberapa detik. Mungkin seperti dunia telah berakhir, seperti ada petir yang menyambar-nyambar dan langit gelap seketika, meskipun di siang bolong. Telingaku tak lagi mendengar semua yang kau bicarakan setelah itu, ganggang telefon tergeletak dengan lemasnya. Persendianku kaku. Darah mungkin sudah membeku. Seperti ada yang sedang melesatkan peluru pada ulu hatiku. pipiku basah air mata.

***

Pertengkaran semalam belum juga dapat terpecahkan. Entah apa sebabnya. Aku, yang terlalu memburumu tuk berkata jujur. Sedang kau, masih berkutit dengan sgala rahasiamu. Entah apa yang kita perdebatkan sebenarnya. Jarum jam terus berputar, pelan-pelan bulan meredupkan neonnya, bintang-bintang pulang ke peraduannya. Sampai pada akhirnya ayam terbangun dan suara adzan menggelegar. Kita, masih terikat pada percekcokan.

"besok siang aku telfon rumahmu saja, sayang. sekarang tidur dulu, aku ngantuk toh sudah pagi kita tak tidur semalaman"

Seperti sedang melegakan hatiku untuk sekedar memejamkan mata sejenak.

Setelah menunaikan sholat subuh, aku memang memejamkan mata, tapi tak pernah benar-benar tertidur. Dadaku serasa sesak terhimpit. Kau lupa sayang, bahwa perasaan wanita begitu sensitif, wanita seorang perasa yang handal. Entah, apakah ini suatu tanda akan adanya hal yang buruk atau tidak, tapi kuharap kali ini meleset.

Kau sadari atau tidak, sikapmu terlalu aneh akhir-akhir ini. Dan aku, tidak juga sebentar mengenalmu. Waktu 2 tahun cukuplah lama untuk tahu tentang kau.

***

Kring.. Kring.. Kring..

Buru-buru kugubetkan handuk ke tubuhku. Telefon berdering ketika aku sedang membasuh badanku mencari kesegaran. Kuharap itu tentang dia, janji semalam yang kutunggu-tunggu.

Telefon kuangkat dengan sentimentil. Masih tampak sisa-sisa semalam.

"iya sayang, aku selingkuh_________"tanpa basa-basi kau ucapkan itu.

***

Tak satu katapun terucap dari bibirku. Aku menelan ludah bulat-bulat. Seolah aku hilang suara. Setelah kejujuranmu itu, telingaku seolah tuli. Padahal aku tau, kau masih mengoceh. Entah apa, aku tak lagi tertarik untuk mendengarnya. mungkin alasan sedang kau cuap-cuapkan. aku tak peduli.

Cukup dengan kalimat itu saja sudah mencabik-cabik perasaanku. Dengan sangat terbata-bata, akhirnya aku bisa bersuara.

"oo... jaadi seperti inii, balasannya ?"

Kututup telefon dengan tangan gemetar. Aku tau, siapa wanita yang kau selingkuhi..


Total Pageviews

Web Site Visitor Counter

Tinggalkan pesan di sini :)


ShoutMix chat widget


Waktu Indonesia Bagian Barat

Ads

Place your Google Ads/Nuffnang ads here.

Hits

Tracking stats here.

All writings found on this blog shall not be reproduced without permission.