Pertemuan
Senin, 06 Juni 2011

Dari awal saya percaya, bahwa tak ada satupun pertemuan yang berbau kebetulan. Semua sudah diatur, dan Allah pandai merencanakan.
Setiap kali saya bertemu dengan orang baru, yang (memang) sengaja diatur atau suatu kebetulan, saya selalu berfikir "entah saat ini atau lusa pasti ada sesuatu yang Allah rencanakan, yang pastinya berhubungan dengan orang ini" terkadang saya juga berfikir kenapa harus dipertemukan dengan orang ini ? Pasti ada maksud. Entah____
Untuk sebuah pertemuan tiga tahun yang lalu.
Entah kenapa saya selalu berfikiran bahwa "terkadang orang yang (bagiku) tepat datang di saat yang tidak tepat" dan itu kamu. Mungkin menurutmu, saya terlalu PeDe, tapi menurutku itu teramat manis. Setidaknya untuk dikenang.
Begitu banyak tentang kamu yang masih melekat di pikiran (kenangan) saya. Misalnya, Parfum kamu, ya.. blue emotion. Lagu hitamnya andra and the backbone. Bulu tanganmu yang tumbuh lebat. Ulang tahun yang jatuh di bulan yang sama. Baju, tas, motor, bakso, kaca mata dan senyum kamu. Jika dengan sengaja diingat, semua masih sanggup kuingat dengan jelas. Debar jantung kala itu, terkadang masih terbawa. Tapi bukan lagi debar cinta seperti dulu, sekarang lebih berbeda, entah apa namanya.
Saat-saat penantian adalah saat dimana hati dilatih untuk mengikuti sebuah permainan seperti bermain roller coaster. Terkadang naik tinggi setinggi-tingginya, lalu turun dengan jantung yang teramat berat, dengan desir aliran darah yang entah, lalu merasa lega lagi dengan alur yang flat.
Seperti itulah cinta yang hanya terpendam diam-diam. Diam dalam doa.
Dan, menunggu adalah kalanya mencinta, suatu hal yang membosankan. Sangat membosankan. Saya adalah orangnya. Orang yang tidak punya urat kesabaran yang lebih. Ya.. Menunggu berlama-lama akan membuat saya menyerah untuk menunggu. Menunggu yang tidak pasti tepatnya.
Keyakinanku saat itu goyah. Dan saya memilih untuk balik arah. Ya.. Saya memilih untuk menyerah. Menyerah itupun setelah menanti yang teramat lama tanpa kepastian. Karena saya pikir memutuskan untuk terus menanti adalah suatu hal yang sia-sia.
Saya tau, menyerah adalah pilihan yang salah. Tapi menunggu tanpa kepastian itu sangat membosankan. Saya memilih pergi dan jatuh pada hati yang lain. Seperti perumpamaan, saya adalah orang yang sedang menunggu bis di halte. Mungkin saya terlalu memburu waktu, jadi saya memutuskan memilih ojek.
Setidaknya antara kita tidak ada yang saling memberi sinyal. Kita terlalu egois untuk membungkam perasaan masing-masing. Siapa yang harus disalahkan ? Diri sendiri.
Waktu berputar, jarum jam bergerak maju, hari kian berganti. Tapi perasaan ?
Saat saya memutuskan untuk pergi dan bersandar pada hati lain yang saya temui. Jawaban itu datang, kepastian itu nyata. Ya.. Setidaknya kamu mengakui perasaan itu. Perasaan yang terbungkam lama dengan diam-diam. Pun perasaanku.
Ingin rasanya berteriak pada penjuru bumi. Agar semua tau. "KENAPA ORANG YANG TEPAT DATANG DI SAAT YANG TIDAK TEPAT !!" apa yang bisa saya berikan ? Hanya membuatmu kecewa dengan kejujuranku. Sekaligus kecewa saya pada pe-nyerah-an.
Andai kamu tau, andai semua tahu. Tapi tak semudah itu bermain-main dengan perasaan. Entah mengapa berpisah, di saat jalinan mulai terbentang. Ya, kita hanya bisa menyesali. Menyesali keegoisan membungkam perasaan.
Bahwa kamu takut hubungan kita yang saat itu, layaknya saudara kakak dengan adiknya akan berubah. Karena perasaan entahmu. Begitu alasanmu, Begitupun aku.
fuuhhh, boleh aku menghela nafas sejenak ?
Dan.. Akhirnya. Waktu pernah berpihak pada kita. Ada cinta yang terjalin. Ada debar jantung yang sama. Titik aduhku berhenti di kamu. Mungkin ini maksud dari pertemuan itu. Pertemuan yang menurutku konyol. Haha.
Segala tentang kamu, tentang kita adalah keindahan. Meskipun jalinan tak bertahan lama. Di situ, saya pernah belajar tentang mencinta yang tulus. Terkadang dalam diam. Terkadang dalam cemburu buta. Tapi ketahuilah, semua indah. Belajar menanti dalam doa. Begitulah sesungguhnya cinta.
Kepada sebuah pertemuan tiga tahun yang lalu. Cinta pertama.
Saya hanya tersenyum mengenangmu, mengenang kita.
Hal termanis yang pernah kutemui.
Hal teromantis adalah saat kita datang ke masjid bersama, pada waktu maghrib, waktu setelah kita buka puasa.
Terima kasih untuk semuanya :)
NB: tulisan yang tersimpan lama di notes hp.
