Buanglah (sampah) kata pada tempatnya !
Senin, 11 Juli 2011

Waktu sudah (hampir) menuju tengah malam, mataku tak juga terpejam. Malam yang sunyi...
Malam, sepi, sunyi, hujan, musik, suara dengung nyamuk yang terdengar menggelitik. Katakan satu alasan aku tak menyukainya ! Tak ada.
Apa yang paling enak dilakukan ? Berbaring sambil jalan-jalan di dunia tak kasat mata. Sembari otak liar mencari inspirasi, siapa tau ada yang ikut nyantol. Hehe
Ini bukan sebuah syair yang biasa mencabik-cabik malam, bukan juga dongeng kacangan. Apa ? Ini cuma sampah.. Iya, terlalu banyak kata-kata yang tak beruntung terangkai dari otakku. Ya di sini, aku ingin membuangnya.. Haha. Seorang penyair berkata, padahal ini (yang disebut sampah) bisa saja menjadi sesuatu yang bernilai emas jika jatuh diotak yang tepat. Sayang otakku tak sekreatif mereka (yang disebut penyair).
Tadinya pengen bikin cerita fiksi. Cuman, cuma berhenti di seperempat jalan. Gak bisa ngapa-ngapain. Burem aja pandangan, gak tampak arah depan.
Atau, mau bikin puisi. Halah.. Apalagi itu, nilainya paling cuma empat !
Seorang penyair yang juga menjadi dosen di universitas negeri di jakarta pernah memberi tips padaku lewat akun twitter. Katanya, kalau menulis itu perlu dilatih, tulis apa yang ada di kepalamu, tulis apa yang ingin kamu tulis.
Kemudian aku bertanya lagi,
Gimana caranya menulis yang bagus mas ?
Dia cuma menjawab : tulis tulis tulis.
Bleh.
Emang dasar akunya gak punya bakat nulis, malah bingung pah poh..
Yawislah, nulis sembarangan ae.
Ya... Daripada cuman bengong ndengerin nyamuk dan gerimis, mending buang (sampah) kata-kata di sini.
Buanglah kata pada tempatnya !
