Tentang kamu : hujan
Minggu, 17 Juli 2011

Udara dingin membangunkan tidurku sore ini. Dan tak berapa lama hujan turun tanpa pertanda. Ini kiranya, kau membangunkanku.
Hai hujan, selamat sore :)
Maaf, aku baru bangun tidur. Kau lihat, tanganku masih sibuk mengucek-ucek mataku. Boleh kau tetesi mataku, aku ingin terhipnotis pesonamu.
Kau tau ? Aku ini pengagummu, entah sejak kapan awal pertama aku jatuh hati padamu. Yang pasti, aku selalu menyukai keberadaanmu.
Aku duduk manja di bawah beranda, dan kau adalah teman berangan-anganku. Aku suka berangan-angan tentang esok, melambungkan asa yang tinggi. Tapi tak jarang kau mengantarku menengok masa lalu.
"sebentar saja, aku tau kau ingin berpuisi" itu katamu saat mengantarku.
Konon 'gerimis' pernah berkata, puisi mengalir dalam darah dan setiap tetes darah mengalir karena goresan luka. Itu sebabnya puisi dan luka memiliki hubungan erat. Lalu, apa yang paling sering menemani rasa sakit kita ketika terluka ? Air mata. Ya, meskipun tak semua air mata terlahir dari luka.
Ketika air mata telah mengalir dalam puisi, aku akan keluar berdansa bersama hujan. Karna, tiap tetes hujan mampu menelantarkan luka dan membasuh air mata.
Terimakasih hujan, kau inspirasiku. Kau puisiku.
Aku mencintaimu dengan segala riuhnya.
Bogor, 17 juli 2011
