Untuk : kamu
Minggu, 17 Juli 2011

Aku katakan ini konyol. Lebih konyol lagi, aku tetap melakukannya meski sudah kutau : ini konyol ! Tulisan ini sebenarnya ditujukan untukmu. Tapi hanya terkirim konyol di dunia yang tak kasat mata, matamu.
Aku tau tak akan ada jaminan bakal kamu baca. Mungkin tulisan ini hanya lewat di halaman home kamu, lalu tertutupi lewat postingan teman-teman maya kamu, atau bahkan karena-kamu berhari-hari tidak menyentuh akun ini.
Tapi tak apa, aku melakukan ini bukan untuk kamu tau, tapi untuk aku merasa lega. Karena rasa ini sudah keterlaluan. Menyimpannya terlalu lama hanya akan membuatnya sesak.
Begini, aku menunggumu. Masih di tempat yang sama ketika terakhir kali jantung kita berdetak seratus kali lebih cepat dari biasanya, saat kita saling melempar senyum. Masih ingat dengan sangat saat kamu berkata sebelum akhirnya kamu benar-benar pergi "saat semua sudah baik-baik saja, kita pasti bersatu lagi.." nyatanya sampai-sekarang kita belum pernah bersatu lagi. Sempat kukira saat itu adalah saat 'baik-baik saja', saat kita kembali melempar senyum. Ternyata belum. Aku menunggumu dengan diam, andai kamu bisa mendengar sedikit lebih peka.
Aku tak pernah bermaksud untuk mengusikmu, tidak juga mengganggumu dengan meneriakkan perasaanku agar kamu tau, atau mencari-cari perhatianmu agar kamu menoleh padaku. Aku tetap pada posisi diamku, tapi siap menangkapmu jika kamu terjatuh, nanti.
Kita masih sering berada di jalan yang sama, saling bersimpang jalan. Kita masih saling menginginkan untuk mendekat, tapi enggan untuk melangkah. Tak ada lambaian tangan, hanya bau parfum saja yang menyengat hidung.
Suatu hari, ketika kamu merasa jatuhmu tidaklah amat kesakitan karena tepat tertangkap. Kamu jangan terburu-buru takut, itu cuma aku...
Seperti inikah, 'baik-baik saja' ? Atau memang sebenarnya tidak pernah ada ?
Hai, aku masih menunggumu..
