Selasa, 16 Agustus 2011

Aku mengerti, tapi aku terdiam. Mulutku terkunci ego. Dan aku, sedang merintih kesakitan bersama diamku.
Kau bilang, ini suatu kesalahan besar memelihara ego. Tapi ini bukan tanpa alasan, kataku. Sebab dan akibat itu satu kesatuan yang nyata. Bahkan sebelum ada hujan yang lebatpun, kerapkali matahari berpijar sangat terik. Atau, kita tunggu saja sampai senja terengah-engah di perempatan jalan ?
Aku ini sedang mengikuti caramu. Tapi kamu berontak ? Lalu harus bagaimana ? Atau, aku diam saja. Tapi ini suatu kesalahan bagimu.
Aku ini bukan Tuhan. Akupun tak diberi jatah kesabaran yang melimpah. Ada masanya aku lelah, lalu pergi dengan peluh yang menderas. Memang, kubiarkan menderas, biar peluh semerta menghapus jejakku. "aku lupa jalan pulang", suatu saat jika kau meminta kembali.
Citeureup, 16 agustus 2011
