Senin, 15 Agustus 2011

Aku merindukan sepi. Saat dimana dengan mudah mengeja kesunyian. Lalu, suara-suara kenangan mengintai daribelakang.
Lihat aku, yang meringkuk di sudut. Memunguti puing kata-kata. Aku ingin mengabadikannya.
Dan kamu, adalah debar yang pernah menjadikan nyawa. Disaat doa-doaku menjadi denyut nadi 'kita'. Mungkin, dulu hatiku dan matamu adalah kawan lama. Saat matamu memandang, hatiku akan berjingkrak-jingkrak.
Coba kita 'bertemu lagi' ?
Atau, akan ada diam kita yang membawa kabar yang sama ? Hingga pada akhirnya salah satu diantara kita kecewa sebab penyesalan. Akan ada hati yang terluka, kemudian terkesan 'memaksa' untuk sekedar berbahagia di atas kesedihan orang lain.
Oh malam oh bintang. Semakin gelapnya engkau, semakin berpijarlah nyala bintang. Jangan redupkan untuk dia, dimana aku, yang pernah menjadi bintang hatinya.
Oh sunyi oh sepi. Celakanya, aku masih mengingat. Dimana janji tak juga sependapat dengan waktu.
Bahkan untuk sebuah perkenalan yang tak sengaja dan pertemuan yang 'berkesan'. Apakah sebuah kebetulan, saat tangan Tuhan menepukkan tangannya ? Juga tentang sepakat perpisahan yang juga bukan suatu kebetulan.
Tapi untuk detik ini (saat aku menulis), telah ada sebuah melodi yang mengagetkan tanganku, kemudian dengan reflek menuliskannya.
Hai kak, adik menuliskanmu.
Ijinkan aku mengabadikannya ya..
