Malam merindu
Rabu, 17 Agustus 2011

Malam ini, hujan memang sedang tidak menjamah kotaku. Aku sibuk mencuri padang dengan jam di dinding. Tiap detaknya yang terdengar adalah melodi sunyi. Jarum jam di dinding tergeletak sesaat pada arah Barat laut.
Di luar sana, langit semakin pekat tanpa sedikitpun awan abu-abu. Dan yang paling kusuka, pendar-pendar bintang semakin centil menggodaku. Aku suka bintang.
Tak akan kusesali perkenalanku dengan malam. Ia adalah ladang yang subur, dimana siap kupanen bait demi baitnya.
Sederhana saja aku menikmatinya. Duduk di teras dengan sepasang cangkir. Satu cangkir berisi kopi, untukku. Dan satu cangkir lagi berisi rindu yang siap kusesap. Kamu.
Dari jarak ratusan kilometer dari kotaku, aku bersyukur kita masih menatap pada satu langit yang sama.
"carilah satu bintang yang paling terang di antara bintang yang lain, dan tak berpindah tempat. Di sana dhruva menjelma." kataku, pada sebuah ujung perpisahan.
Sebuah rindu barusaja kulipat menjadi pesawat kertas, kutiupkan waktu sampai ke Semarang, semoga sampai di tempatmu. Dan waktu, tak urung memangkas jarak.
Citeureup, 16 agustus 2011
