Rumah
Senin, 15 Agustus 2011

Kamu boleh datang ke rumahku lagi. Mengetok pintu, kemudian bertamu seperlumu saja. Atau sekedar ingin bercerita, apa saja. Ya, kalau sedang tidak repot pasti kudengarkan. Kalau sedang tidak repot lhoya..
Rumahku sudah rapi kan ? Dulu, saat kamu menetap, kemudian memilih untuk pergi, rumahku berantakan sekali. Aku juga ikut berantakan, tatkala aku kesepian di rumah. Sesekali teman demi teman datang menasehatiku. Susah sekali saat itu, merapikan rumah seorang diri. Beberapa barang berserakan, dinding menjadi kusam, lantai bahkan berkerak, luka ada dimana-mana. Susah sekali menghilangkannya sampai benar-benar bersih.
Sekarang sudah rapi seperti ini, kau bilang menyesal sudah meninggalkanku sendirian. Lalu, kau minta tentang ketulusanku yang dulu, untuk singgah lagi menemaniku. Tapi ketahuilah, ketulusanku yang dulu memberi sekarang berubah menjadi mengikhlaskan.
Kamu lupa, tentang luka ? Iya, luka yang benar-benar kau tusukkan tepat di jantungku, tepat di depan mataku, tepat di saat aku benar mensyukurimu. Aku kecewa.
Tak ubahnya aku adalah bumi dan kamu astronot yang rela meninggalkan bumi ke bulan hanya atas dasar penasaran.
Keikhlasanku berupa tidak membencimu, tapi boleh tetap menyimpan luka kan ?
Juga masih kuijinkan kau untuk tetap datang, tapi ingat, bukan untuk menetap.
Kamu cukup datang, kemudian bertamu seperlumu saja lalu pulang lagi ke tempatmu. Ooh iya ! Itupun selagi belum ada orang lain yang singgah menetap di rumahku lho. Kalau ada ? Ya harus ijin dulu, aku tak ingin mengecewakannya :)
"Aku bisa saja mencintaimu dan mengatakannya. Namun ketika engkau pergi, dan saat kau kmbali,cinta adalah kata yang terlupakan. Ingatkah kau ?"
